Terkadang, kita melihat atau mengalami masa-masa ketika kita dihukum secara fisik oleh orang tua di masa kecil, baik itu dicubit, dipukul, atau yang lainnya. Kita diberi tahu bahwa hukuman itu diberikan karena rasa cinta. Tapi yang berbekas adalah rasa sakit itu dan pertanyaan-pertanyaan yang tidak bisa kita jawab. Seperti, bukankah sebagai anak kita tidak diijinkan untuk menyakiti? Lalu, kenapa kita disakiti? Semua kebingungan ini terus Anda bawa hingga dewasa dan tanpa Anda sadari, Anda juga melakukannya.
Sebagai orang tua, tentunya kita memiliki pertanyaan-pertanyaan mengenai hukuman fisik. Yang pertama adalah mengapa kita, atau orang tua lain, memberikan hukuman fisik? Kedua, apa efek jangka panjang dari hukuman fisik yang diterapkan kepada anak-anak? Yang ketiga, apakah hukuman fisik benar-benar berfungsi untuk mengontrol perilaku anak?
Mengapa Orang Tua Menghukum Secara Fisik?
Kebanyakan orang tua merasa marah ketika mereka menghukum secara fisik. Orang yang marah biasanya terusik ketika mereka tidak bisa mengontrol situasi. Jadi, menghukum anak secara fisik dapat membuat orang tua merasa benar, memiliki kendali, atau dibenarkan.
Beberapa orang tua merasa putus asa dan tidak memiliki pilihan lain selain memukul, mencubit, atau memberikan hukuman fisik lainnya. Bahkan terkadang keputusannya itu tidak terencana dan membuat ia menyesal. Tapi orang tua yang menghukum secara fisik seringkali terlalu stres, baik karena alasan hukuman itu sendiri atau oleh tekanan lain dalam hidup mereka.
Apakah Hukuman Fisik Membuat Anak Terkontrol?
Ketika seorang anak dipukul, sistem limbik atau pusat emosi otak dan bagian dari pikiran yang menengahi pembelajaran dan pemahaman masuk ke mode awas. Otak anak jelas merasakan pukulan sebagai situasi bahaya, dan merespon sesuai dengan apa yang disampaikan otak.
Untuk anak, hukuman fisik itu adalah pengalaman yang mengerikan. Dalam keadaan ini, pikirannya, korteks prefrontalnya, pusat pembuat alasan dan pertimbangan, tiba-tiba menutup. Oleh karena itu, perilaku anak selama dan setelah dipukul atau dihukum secara fisik seringkali tidak menyenangkan dan cenderung reaktif.
“Kontrol” yang diinginkan orangtua adalah rasa takut anak, dan tidak ada hubungannya dengan pengajaran, pembelajaran, atau pemahaman anak akan konsep benar dan salah. Apa anak bisa “belajar” bahwa ketika ia boleh disakiti secara fisik orang yang dicintainya? Ini akan menjadi pelajaran yang membingungkan.
Semakin sering anak menerima hukuman fisik, jurang ketakutan dan kebencian antara anak dan orang tua akan semakin lebar. Semakin takut perasaan anak, semakin reaktif perilakunya. Inilah yang disebut dengan siklus hukuman fisik: anak yang ketakutan menjadi agresif atau merasa terkucil, orangtua makin marah dan menghukum lebih keras, anak menjadi lebih takut, dan akhirnya, mereka lebih sering kehilangan kontrol perilaku dirinya sendiri – terus berputar seperti itu.
Apa Efek Jangka Panjang Dari Hukuman Fisik?
Banyak penelitian telah dilakukan dan membuktikan bahwa hukuman fisik berakibat negatif. American Academy of Pediatrics dan banyak masyarakat profesional lainnya mengambil sikap yang jelas terhadap hukuman fisik anak-anak, baik di rumah dan di sekolah.
Satu penelitian yang dilakukan Straus, dkk pada tahun 1997 menunjukkan bahwa semakin sering anak dihukum secara fisik, semakin tumbuh sikap antisosial anak tersebut. Penelitian lain yang dilakukan lagi pada tahun 1990 juga menyebutkan bahwa anak-anak yang terkena hukuman fisik akan lebih mudah menyakiti orang lain, termasuk rekan-rekan dan saudara. Dan, saat mereka dewasa, semakin besar kemungkinan untuk memukul pasangan mereka.
Penelitian Strauss dkk. pada tahun 1994 menunjukkan bahwa anak yang dihukum secara fisik di waktu kecil memiliki gejala depresi lebih dalam pada kehidupan dewasa. Yang lebih mengerikan adalah temuan Gershoff pada tahun 2022 yang meneliti anak selama lebih dari enam dekade. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa hukuman fisik pada anak-anak dapat meningkatan ketidak pedulian terhadap keinginan membayar hutang atau tunggakan, meningkatnya perilaku antisosial, meningkatnya risiko pelecehan anak dan kekerasan terhadap pasangan, meningkatnya risiko agresi anak dan agresi dewasa, hingga penurunan kesehatan mental anak dan penurunan kesehatan mental dewasa. Selain itu, hukuman fisik juga memiliki efek buruk pada perkembangan kognitif anak.
Betapa mengerikannya efek jangka panjang dari hukuman fisik ini. Anak-anak inilah yang nantinya akan meneruskan perjuangan dari skala pribadi, keluarga, hingga negara. Bayangkan jika efek ini meluas. Bukankah sudah saatnya kita mengakhirinya?
