Mendapati anak-anak yang terpapar paham radikalisme menjadi masalah sekaligus tantangan tersendiri bagi sejumlah orangtua. Rasa kesal karena merasa ‘kecolongan’ mungkin dirasakan pihak keluarga.
Namun menghadapi anak yang sudah terlanjur memahami ideologi radikal tak cukup dengan meminta atau memaksanya untuk meninggalkan paham tersebut begitu saja. Lantas bagaimana cara mengatasinya? Berikut paparan dari KPAI dan Komnas Perlindungan Anak
Berikan Edukasi tentang Nasionalisme
Perlu edukasi sekaligus pendidikan ideologi mengenai nilai nasionalisme yang mendalam dalam menyiasati anak yang sudah terlanjur terpapar paham radikal. Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Susanto mengatakan ada hal yang juga krusial untuk disampaikan kepada anak-anak dengan kondisi ini.
Umumnya paham radikalisme itu bersifat ultra nasionalisme alias melampaui batas-batas negara. Sering kali keberadaan dan peran negara dinihilkan. Karena itu mengembalikan rasa cinta akan negara menjadi penting.
“Juga harus dilakukan counter interpretasi tentang bagaimana memahami agama, tidak cukup dengan pendidikan karakter dan nasionalisme,” tutur Susanto seperti dimuat di Antara.
Pendalaman Nilai-nilai Agama Agama Mutlak Diperlukan
Proses membina anak yang terlanjur terpapar paham radikal akan penuh tantangan. Untuk itu, keluarga juga diharapkan untuk tidak ragu memberikan konseling pada anak yang sudah terkena paham radikal, khususnya mengenai bahaya terorisme. Pendalaman mengenai agama pun dibutuhkan agar pemahaman radikal tak semakin menguasai pemikiran anak-anak tersebut.
Keluarga Harus Kompak dan Menerima Keberadaannya
Keluarga harus bersinergi dan kompak, bahkan turut memberikan pendampingan sepanjang waktu supaya sang anak tak perlu ragu untuk menjalani rehabilitasi dan pendampingan sosial ya, Bun. Anak dengan kondisi sudah terpapar radikalisme biasanya cenderung lebih tertutup sekalipun dengan saudara atau orangtuanya di rumah.
Untuk itu, keluarga harus bersatu hati membuka interaksi dengan anak ini agar ia mau terbuka dengan keluarganya lagi. Kehangatan di dalam keluarga diperlukan guna melepaskannya dari jerat radikalisme.
Kenali Tempat atau Lingkungan yang Membawa Potensi Radikalisme
Hal serupa juga diungkapkan Ketua Umum Komnas Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait yang menyatakan bahwa indoktrinasi paham radikal bisa terjadi di mana pun, termasuk di ruang kelas.
“Penanaman paham radikalisme, intolerasi, terjadi di ruang kelas. Dampaknya, anak-anak sudah belajar saling membenci,” ujar Arist.
Sebagai orangtua, Bunda perlu tahu, umumnya paham radikal pada anak bisa masuk lantaran dari pihak keluarga yang memang menanamkan ideologi tersebut, atau dari teman sebayanya. Karenanya, orangtua diharapkan tak lalai memperhatikan dan mengenali siapa saja teman sebaya buah hati Bunda sejak usia dini.
Pastikan Hak-haknya Tetap Terpenuhi
Kondisi anak yang terlanjur terpapar radikalisme sejatinya menjadi tugas setiap orang dewasa untuk mengembalikan pemahamannya. Bunda sebagai orang dewasa harus memastikan hak-hak anak terlindungi melalui RUU Anti-Terorisme.
Menangani keterlibatan anak pun harus mengutamakan penyelesaian yang adil dengan mengupayakan pemulihan kembali pada keadaan semula dan bukan pembalasan. Selain memastikan radikalisasi anak berhenti, tentu perlu adanaya jaminan bahwa ada hak anak meraih masa depan mereka tetap terbuka lebar.
