Parenting

Anak Sering Tidak Mendengarkan Perintah? Bunda Tidak Sendiri! Ini 20 Cara Mendidik Anak Supaya Mendengar Perintah

Berbagai macam teori cara mendidik anak sudah Bunda terapkan, anehnya tak satupun dari perintah Bunda yang didengar. Jangan merasa patah arang bun, sebab faktanya bunda tak sendirian.

Yaap, perkaran ini sepertinya menjadi masalah utama orang tua jaman sekarang. Tapi sebagai orangtua kita juga tak boleh terlalu lembek dalam hal mengajar si kecil. Sebab biar bagaimanapun, terus menerus mengikuti keinginan mereka itu akan membuatnya manja.

Lalu, harus bagaimana cara mendidik anak agar mereka mau mendengar perintah Bunda?

edward-cisneros-415590

 

Demi Meyakinkan Jika Bunda Maksud Adalah Dirinya, Cobalah Bunda Panggil Namanya

Tak perlu dijelaskan lagi, bunda tentu paham jika berteriak bukanlah sikap yang baik dalam hal mendidik anak. Tak hanya kesan kasar yang akan terdengar, suara yang terlalu kantang hanya akan meningkatkan emosi. Sebab meski mereka masih kecil, untuk urusan diperlakukan mereka memiliki rasa yang sama. Bunda juga tentu tak mau kan, jika tiba-tiba atasan di kantor berteriak hanya karena masalah sepele? nah anak pun demikian.

Trik sederhananya, pastikan bunda memanggil nama mereka, baik disaat mereka sedang bermain atau kegiatan lain. Dan ketika ia yang dipanggil menoleh dan memerhatikan bunda, katakan apa yang unda mau dari mereka. Ini jauh lebih baik daripada harus berteriak dan memanggil namanya.

Sama Halnya dengan Orangtua, Ada Kalanya Mereka Juga Ingin Didengarkan Oleh Kita

Bunda perlu ingat, jika kita adalah orangtua dari mereka jangan bertindak seperti atasan kepadda bawahan yang sering sekali tak mau mendengar keluhan. Ketika bunda memintanya untuk melakukan sesuatu, namun sepertinya ia mengalami kesulitan atau kendala, cobalah siapkan sedikit waktu untuk mendengar keluhan yang ingin ia sampaikan.

Cobalah untuk lebih peka, barangkali mereka memang sedang capek belajar, sedang tidak enak hati dengan suasana sekolah, misalnya, atau masalah apa saja yang mereka alami.

Sebab mau mendengarkan, adalah kunci dari cara mendidik anak yang baik. Jika bunda menunjukkan sikap mau mendengar keluhan mereka, atau menangkap kesan bahwa mereka sedang kesal dengan masalah mereka, maka mereka pun akan melakukan hal yang sama, yakni mendengar perintah bunda.

Isyaratkan Kesungguhan Bunda dengan Kontak Mata yang Baik Kepadanya

Mungkin bunda pernah lihat, ada satu anak yang akan langsung mengerti ketika orangtuanya memberi perintah hanya dengan memandangnya saja. Nah, ini jadi salah satu alternatif lain yang bisa kita lakukan juga loh bun.

Karena adanya kontak mata juga menandakan, jika kita bersungguh-sungguh terhadap apa yang diucapkan. Hanya cukup dengan menatap matanya, anak pun merasa mendapat perhatian dan keberadaannya begitu penting.

Akan tetapi bunda juga perlu jika, teguran dan perintah yang dimaksud sebaiknya disampaikan dengan kalimat-kalimat positif. Dengan demikian anak akan menganggap apa yang baru saja kita sampaikan memang benar-benar penting.  Misalnya, dalam rangka menegur perbuatan salahnya, kontak mata pun tetap diperlukan manakala orangtua dan anak berdialog biasa.

Dan hal ini juga bisa bunda pakai saat sedang ingin memberi perintah, atau menanyakan sesuatu kepada dirinya.

Usianya yang Masih Belia, Tak Memungkinkan Untuk Memahami Kalimat-kalimat yang Sukar, Usahakan Untuk Memakai Kalimat yang Pendek ya Bun!

Bunda tak perlu memakai bahasa atau kalimat-kalimat perumpamaan, pakailah kalimat atau kata yang tidak terlalu panjang dan sederhana namun bermakna.

Dan demi mencapai titik penyampaian yang baik, sesekali perhatikan bagaimana ia berkomunikasi dengan teman sebayanya. Cermatilah caranya, bila anak memperlihatkan gejala bahwa dirinya tak berminat diajak ngobrol, boleh jadi itu karena ucapan kita tak dipahaminya entah karena bertele-tele, atau karena berupa kalimat-kalimat perintah dan melarang.

Karena semakin kita bertele-tele, maka anak akan semakin menutup telinganya dan tak mau mendengar apa yang ingin kita sampaikan kepadanya.

Teknik Lain yang Perlu Bunda Perhatikan Adalah Posisi Badan yang Memang Harus Sejajar dengan Dirinya 

Misalnya bunda sedang berada di kursi ruang makan, sedang ia sedang asyik menonton di depan televisi. Dengan alasan kepentingan sesuatu bunda berteriak dari belakang dan memintanya melakukan sesuatu. Hal-hal seperti ini kadang jadi penghalang komunikasi, sebab ia tak bisa melihat ekspresi bunda ketika menyampikan itu kepadanya.

Posisikan badan kita sejajar dengan tinggi badannya,  dan jangan terlalu jauh darinya. Dengan begitu, perhatian anak bisa lebih mudah terfokus dan menangkap pesan atau dialog yang dilontarkan orangtua. Jika anak terlihat tidak memerhatikan, sentuhlah dia untuk menarik perhatiannya. Sikap itu menunjukkan keseriusan kita dalam berkomunikasi. Kalau perlu, bunda boleh mendekap anak saat kita mengajaknya berbicara.

Teknik Lain Untuk Mengajarinya Memahami Sesuatu Adalah dengan Menyampaikan Peraturan dalam Bentuk Ajakan Bukan Perintah yang Terkesan Paksaan

Ini jadi sesuatu yang terbilang cukup mudah, dan tentu akan lebih bisa diterima oleh dirinya. Bunda boleh berkreasi dengan kata dan kalimat apa saja. Selama tak terdengar sebagai paksaan, dengan senang hati ia akan melakukan.

Misalnya sebagai ganti dari ucapanmu ”Setelah bermain bereskan kembali mainanmu ” bisa diganti dengan  ”Kakak, mau bantu bunda tidak? kalau mau yuk simpan lagi mainannya”. Dengan perkataan semacam ini, anak tidak akan merasa sebagai objek perintah tetapi dia merasa diperhatikan dan menjadi subjek. Dirinya merasa bahwa ada upaya yang ternyaata melibatkan perannya, sehingga ia akan mempunyai rasa tanggung jawab terhadap barang-barangnya.

Jelaskan Aturan-aturan Tersebut Kepadanya dengan Cara yang Baik, Sembari Membimbingnya Agar Lebih Memahami Dia

Pemahaman ini memang membutuhkan kemampuan bunda untuk mengeksplorasi hal-hal dan kalimat baru yang enak didengar. Darinya kita mungkin akan lebih belajar bagaimana memahami dirinya yang benar, jika sudah merasa menemukan caranya mungkin bunda akn lebih mudah untuk menyampaikan komunikasi kepada dirinya.

Misalnya nih, setelah sibuk bermain dan mengacaukan rumah, sebagai ganti dari kalimat “Semuanya jadi berantakankan, udah simpan mainannya” dengan “Kakak suka nggak kalau mainannya rapih? kalau suka diberesin lagi ya” nah jika ternyata ia masih menolak bunda boleh menawarkan bantuan kepadanya “Yaudah, bunda bantuin ya”. Hal-hal sederhana seperti ini akan memicunya mengikuti apa yang kita telah tunjukkan.

Jika Ia Berbuat Salah, Bunda Jangan Pernah Menyalahkan Pribadinya, Tapi Jelaskan Bahwa Sikap Seperti Itu Tak Boleh Diulangi Lagi Oleh Dirinya  

Ini memang jelas jadi sesuatu yang tidak bisa disama ratakan, karena biar bagaimanapun perbuatan yang salah tak melulu berarti ia juga harus disalahkan.

Misalnya ketika ia menjatuhkan sesuatu barang dari atas rak meja, kalimat “Tuh kan gara-gara kamu jatuh jatuh dan pecah” bisa bunda gantikan dengan kalimat “Yah, padahal kalau adek lebih hati-hati pasti nggak jatuh. Lain kali lihat-lihat dulu ya” 

Hal lain yang perlu bunda juga hindari adalah,  berujar dengan kalimat yang bernama memojokkan dirinya. Menyebutnya Bodoh, malas, atau tak bisa apa-apa. Kalimat-kalimat seperti ini hanya akan membuatnya rendah diri, dan berpikir bahwa ia tak dihargai.

Mereka Memang Masih Kecil, Tapi Bunda Perlu Juga Untuk Menggargai Setiap Keinginan-keinginan yang Mereka Inginkan

Suatu waktu, si kecil juga mungkin akan memiliki keinginan yang mungkin akan disampaikan kepada kita. Meminta mainan baru, ingin bermain dengan suasana yang berbeda, hingga hal lain yang jadi keinginnya.

Dan untuk mengganti kalimat larangan yang sebenarnya tak boleh, alangkah lebih baik jika bunda akan berujar “Kakak boleh pilih mainan yang mana saja, tapi untuk kali ini satu dulu ya. nanti lain kali kita ke sini lagi” sebab ini akan terdengar jauh lebih baik daripada “Pilih satu saja, jangan banyak-banyak”, atau bunda juga boleh membuat sebuah kesepakatan dengannya, sesaat sebelum akan pergi, beritahu ia jika apapun yang akan diingininya nanti, ia hanya boleh meminta satu saja, tak boleh lebih.

Tak hanya membuatnya belajar berjanji, ini juga akan memberinya pengertian bahwa biar bagaimanapun sebagai orangtua kita akan selalu mengerti keinginan hatinya.

Dan dari Sikap Tidak Taatnya, Boleh Jadi Ada Sesuatu yang Sedang Ia Alami

Sama halnya seperti kita sedang tak enak hati, meski apapun kata orang kadang kita lebih memilih diam. Bukan karena tak suka namun sesuatu yang mengganjal dihati lebih berat. Nah, hal yang sama mungkin juga sedang ia rasakan.

Cobalah sediakan waktu sebentar untuk lebih mengerti ia, tanyakan apa yang sedang terjadi dan mengapa ia tak mau mendengar bunda berbicara. Sikap dan kalimat yang baik akan membuatnya berbicara dan menyampaikan semua keluh kesah. Dengan begitu bunda bisa membaca jika ternyata ada sesuatu yang sedang ia rasakan.

Selanjutnya Hal yang Bunda Perlu Hindari Adalah, Mengajarnya dengan Cara Mengancam atau Menyuap dengan Imbalan

Satu kali si kecil mungkin akan takut, karena merasa akan menerima hukuman jika tidak melakukan apa yang bunda perintahkan. Namun jika terus meneru dilakukan tentu tak akan merubahnya jadi lebih baik juga. Dan begitu pula dengan imbalan atau suap berupa hal-hal yang mereka inginkan. Misalnya, “Kalau kamu beresin mainan bunda kasih uang”, dengan begitu apa yang dilakukan bisa jadi semata-mata demi uang. Bukan karena merasa bertanggung jawab atas mainan yang berantakan.

Demi Rasa Dihargai, Sesekali Pujilah Ia  Atas Segala yang Telah Dilakukannya

Semua orang tentu akan senang sekali jika, apa kerja keras atau upaya yang ia lakukan mendapat pujian atau apresiasi dari orang lain. Maka untuk itu, setelah berhasil melakukan apa  yang bunda minta berilah sepatah-dua patah kata yang berisi pujian atas apa yang ia telah kerjakan.

Misalnya “Anak yang rajin, bunda bangga deh sama kakak” Isyarat rasa bangga yang bunda sampaikan akan jadi sesuatu yang ia ingat selalu. Dengan begitu suatu waktu ia akan jauh lebih termotivasi lagi utnuk melakukan hal-hal yang sedang bunda ingin perintahkan.

Dan Bunda Juga Perlu Untuk Memahami dan Mengetahu Sejauh Mana Ia Mampu Memahami Sesuatu yang Kita Sampaikan

Hal ini jelas tak bisa bunda samakan, sebab setiap anak memiliki kemampuan memahami yang berbeda-beda. Bunda mungkin berpikir jika anak si anu mengerti dengan cukup begini, lalu mengapa anakku tidak ya? Ini adalah salah satu pemikiran yang keliru bun.

Setiap anak datang dan lahir dengan cerita yang berbeda.Untuk itu bunda perlu menakar sejauh mana ia memahami apa yang akan bunda sampaikan. Misalnya, bunda akan bertanya “Kenapa kakak berantakan semua mainannya?” barangkali akan, lebih baik jika diganti dengan pertanyaan “Bunda, mau tahu dong tadi kakak ngapain aja sampai mainannya dikeluarin semua?” 

Sebab kalimat-kalimat menghakimi, dan mengancam atau menuduh, hanya akan membuat anak merasa terpojok. Dan memang ini tak hanya memahami ia saja, kita juga perlu belajar untuk mengekplorasi kemampuan berbahasa.

Hindari Juga Untuk Memberinya Pertanyaan yang Akan Memicunya Menjawab dengan Kalimat “Tidak”

Misalnya bunda akan bilang, “Mau nggak beresin mainannya?” mulai sekarang mungkin bisa digantikan dengan , “Sayang deh kalau mainannya berantakan di mana-mana. Kita bereskan yuk kak!” Ingat bun, anak tak mau diperintah. Jadi daripada mengatakan, “Awas, makan jangan sampai berantakan, ya. Habis makan, taruh piring di tempat cucian,” lebih baik ucapkan, “Kak, ayo tebak dimana coba kamu harusnya menyimpan piring ini?” Terdengar menjadi sebuah pertanyaan, tak hanya berasa sedang ebrmain ia juga belajar untuk berpikir mencari solusi.

Berbicaralah dengan kalimat-kalimat yang tak sekadar menjurus pada jawaban ya atau tidak bun. Misalnya contoh lain itu dengan, “Senang di sekolah tadi?” menjadi kalimat yang lebih bijak seperti, “Tadi mainan apa yang seru di sekolah?” Setelah itu, bicarakan topik-topik yang menarik bagi dirinya.

Untuk Meminta dan Menyampaikan Sesuatu Bunda Juga Perlu Tahu Kapan Momen yang Tepat Untuk Itu

Jangan main asal perintah ya bun, bunda perlu menunggu momen yang tepat. Perhatikan, apakah anak sedang asyik dengan kegiatannya? Kalau memang iya, mungkin percuma saja mengajaknya bicara. Lebih bijak kalau kita tunggu dulu sejenak, sampai setidaknya ia tak sibuk-sibuk amat atau sudah menyelesaikan aktivitasnya.

Kadang, sulit mengalihkan perhatian anak dari hal yang sedang ditekuninya. Kalau dia sedang asyik main mobil-mobilan, jangan langsung diinterupsi. Mulailah dengan pendekatan dulu agar anak tak merasa kegiatannya diganggu atau tak dipaksa menimpali omongan kita. Apalagi kalau yang dikatakan orangtua berupa perintah atau larangan.

Beri waktu beberapa menit sebelum meminta anak melakukan sesuatu. Contoh, “kak, kalau jarum jam yang pendek menunjuk angka 12, kamu makan ya. Setelah makan, kamu boleh main lagi.” Dengan begitu ia tak merasa aktivitasnya terganggu. Lagi pula, dengan cara itu anak memiliki persiapan ketika harus menghentikan kegiatannya loh bun.

Jangan Pelit Untuk Berkata “Tolong” dan “Terimakasih”

Faktanya, ini tak hanya untuk mereka yang dewasa saja, ajarlah anak sedari kecil untuk tak enggan berucap “Tolong” dan “Terimakasih”.

Berbicaralah kepada anak dengan cara seperti yang kita harapkan jika orang lain berbicara kepada kita. Jika hendak minta bantuan, yang pertama kali harus diucapkan adalah “tolong”, bukan? Niscaya anak tak merasa dipaksa saat diperintah. Ini jadi ajang lain untuk menunjukkan sikap bahwa meski sebagai orang tua, kita juga menunjukkan sikap yang sama dengan berkata “Tolong” dan “Terimakasih”. 

Demi Pemahaman yang Lebih Mudah Disampaikan, Bunda Juga Harus Memberinya Contoh Nyata yang Bisa Ditiru Olehnya

Dan memang benar, sebaik-baiknya contoh yang akan memudahkan dirinya untuk belajar adalah kita sebagai orang tua.

Bunda harus ajarkan bagaimana pentingnya mendengarkan, jika anak merasa dirinya didengar, maka ia pun akan belajar mendengarkan kita sebagai orang tua yang memberi perintah kepadanya. Berilah contoh atau teladan yang baik dengan memberi perhatian yang tulus saat si kecil berbicara.

Dengan contoh yang konkrit anak akan menyerap dan meniru bagaimana menjadi pendengar yang baik untuk orang lain.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.


Parenting

Tugas dan Tanggung Jawab yang Wajib Dilakukan Sebagai Orangtua

Setiap orang tua mempunyai tugas dan tanggung jawab tersendiri terhadap anak. Mengingat masa depan anak berawal dari tanggung jawab dan tugas yang dilakukan oleh orang tuanya. Dengan kata lain, mempunyai anak yang baik, tentu orang tua wajib memenuhi hak-hak anak. 

Pada umumnya ada lima tugas dan tanggung jawab orang tua terhadap anaknya yang harus dipenuhi. Kewajiban tersebut meliputi mengajarkan nilai-nilai agama, kepribadian dan lainnya. Selengkapnya mengenai apa saja kewajiban dan tugasnya, berikut penjelasan lengkapnya.

Mengajarkan Nilai-nilai Agama Kepada Anak Sedari Dini

Tugas dan kewajiban orang tua yang paling utama dan pertama yaitu mengajarkan nilai-nilai agama. Bahkan, ajaran ini harus diberikan kepada anak sejak dini agar saat menginjak remaja lebih mudah untuk mengarahkannya. 

Sedangkan untuk mengajarkan nilai-nilai agama bisa dilakukan dengan berbagai cara seperti mengajar nya ke tempat ibadah, mengenalkan kitab suci dan mengajarkan doa harian. Saat anak masih kecil dan belum bisa menirukan, tapi dia akan merekamnya.

Membentuk Kepribadian Anak yang Baik

Kewajiban orang tua yang selanjutnya yaitu membentuk kepribadian anak. Mengingat orang tua merupakan pendidikan pertama dan utama bagi seorang anak, Orang tua harus menanamkan kepribadian yang baik kepada anak sejak dini.

Kepribadian baik yang dimaksudkan yaitu nilai-nilai moral. Sedangkan untuk membentuk kepribadian yang seperti ini caranya cukup mudah, orang tuanya perlu memberikan kasih sayang yang penuh dan menciptakan lingkungan keluarga nyaman serta memberikan contoh. 

Menanamkan Nilai-nilai Sosial yang Patut Ditiru Kepada Anak

Menanamkan nilai-nilai sosial sejak dini juga menjadi salah satu tanggung jawab orang tua terhadap anaknya. Nilai-nilai sosial yang harus ditanamkan seperti menjaga kebersihan lingkungan, gotong royong, menjaga kedamaian, saling menghormati dan tolong menolong.

Jika sejak dini sudah diajarkan beberapa nilai sosial tersebut, anak akan tumbuh menjadi seseorang yang lebih peduli terhadap sesama terutama keluarganya. Tentu saja nilai-nilai sosial ini akan tetap dibawa hingga dewasa. 

Mengajarkan Anak Tentang Apa itu Tanggung Jawab

Tugas dan tanggung jawab orang tua terhadap anak yang selanjutnya yaitu mengajarkan tanggung jawab. Setidaknya jika harus seperti ini sudah diajarkan sejak dini, kedepannya saat sudah dewasa anak akan lebih bertanggung jawab terhadap apa yang sudah dilakukannya.

Cara yang seperti ini bisa dilakukan dengan membuat batasan-batasan. Jadi, nantinya jika Anang melanggar batasan-batasan tersebut bisa diberikan hukuman atau penjelasan mengenai konsekuensi. Bahkan, Tidak ada salahnya juga untuk melibatkan anak dalam membuat Hukuman dan peraturan.

Mengajarkan Kemandirian

Tidak selamanya anak dapat bergantung dengan orang tuanya. Kenapa sejak dini penting untuk mengajarkan kemandirian terhadap anak. Lebih tepatnya kemandirian ini sudah bisa diajarkan saat anak mulai berusia 2 atau 5 tahun. 

Salah satu cara yang bisa diterapkan untuk mengajarkan kemandirian kepada anak yaitu mengajarkan keterampilan yang memang sesuai dengan usianya. Selain itu, ada juga untuk mengajarkan kepada anak jika mengendalikan emosi sangatlah penting. 

Membantu Anak Mengembangkan Bakatnya

Orang tua juga mempunyai tanggung jawab dan tugas untuk membantu anak dalam mengembangkan bakatnya. Dengan kata lain jika anak bisa mengembangkan bakatnya tentu dapat lebih mandiri ke depannya dan lebih bertanggung jawab.

Apalagi di usia tersebut anak belum memahami apa yang disukainya, sebagai orang tua bisa melihat dari apa yang paling sering dilakukannya. Jika melihat hal yang seperti itu, segera lakukan berbagai upaya untuk mengembangkan bakat tersebut dengan menyediakan berbagai media pendukung.

Dampak Negatif Orang Tua Tidak Melakukan Tugas dan Tanggung Jawabnya

Mengetahui apa saja tanggung jawab dan tugas orang tua terhadap anaknya, tentu kurang lengkap jika tidak mengetahui dampak negatif jika tidak melakukan tanggung jawab tersebut. Berikut ini beberapa dampak negatifnya yang bisa didapatkan.

Anak Akan Jadi Tidak Percaya Diri

Salah satu dampak negatif jika orang tua tidak melakukan tugas dan tanggung jawabnya terhadap anak yaitu kurang percaya diri, sehingga bisa menghambat keberhasilan. Anak yang seperti ini cenderung minder jika bergaul dengan orang yang ada di luar rumah. 

Lebih tepatnya orang yang seperti ini akan mengurangi interaksi dengan orang lain. Padahal yang namanya kehidupan bersosial menjalin interaksi dengan masyarakat sangat diperlukan, lagi menjelang dewasa hal tersebut sangat butuh..

Hubungan Anak dengan Orang Tua Tidak Terjalin

Dampak negatif lain yang didapatkan jika orang tua tidak melakukan tanggung jawabnya yaitu hubungan antara keduanya tidak terjalin dengan baik. Padahal sebenarnya orang tua menjadi tempat yang paling dibutuhkan anak untuk menceritakan pulang.

Jika hubungan antara keduanya tidak baik, maka tidak akan terjadi keterbukaan dan bisa menyebabkan emosional tidak dapat terkontrol. Ditambah lagi dengan perhatian orang tua yang tidak pernah diluangkan untuk anaknya, seperti ini akan lebih parah. 

Anak Bisa Mengalami Gangguan Perilaku

Tugas dan tanggung jawab orang tua terhadap anak memang cukup banyak, bukan berarti tidak bisa dilakukan. Jika saja orang tua menyepelekan tugas dan tanggung jawabnya, Salah satu dampak negatifnya yaitu anak mempunyai kekuatan berlaku.

Saya saja suka membuat onar untuk menarik perhatian banyak orang, bullying terhadap temannya dan suka mencuri. Tanpa disadari sebenarnya anak melakukan hal-hal yang seperti itu agar orang tuanya lebih perhatian.

Itulah penjelasan mengenai beberapa tanggung jawab dan tugas orang tua terhadap anaknya yang wajib untuk dilakukan. Tentu jika tanggung jawab tersebut terpenuhi, berpengaruh penting terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak di masa depan dan bisa dikatakan sebagai modalnya.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.


Parenting

9 Peran Orang Tua Menangani Anak Usia Dini yang Wajib Diketahui

Anak usia dini yang membutuhkan perhatian khusus dari orang tuanya. Karena di usia tersebut anak sudah mulai berinteraksi dengan lingkungan sekitar, sehingga mudah terpengaruh. Di sinilah peran orang tua diperlukan untuk menangani anak usia dini. Karena apa yang dilakukan oleh orangtua pada proses tumbuh kembang anak selama usia dini, akan berpengaruh pada kemampuannya kelak.

Untuk itu, pada usia ini orang tua mempunyai kewajiban untuk memberikan pendampingan maksimal kepada anak. Selengkapnya berikut ini peran-peran yang harus diterapkan. 

1. Menjadi Pengamat Anak

Salah satu peran orang tua dalam menangani anak usia dini yaitu menjadi pengamat. Peranan ini sangatlah diperlukan karena di usia tersebut, anak cenderung untuk melakukan apapun sesuai dengan keinginannya.

Tentu jika tidak dilakukan pengamatan, anak bisa keluar dari batas wajarnya. Apalagi di usia tersebut anak mudah terpengaruh dengan orang lain, tentu akan sangat beresiko. Di sisi lain, orang tua juga harus bisa memahami bagaimana permasalahan dan tanda-tanda yang terjadi pada anaknya. 

2. Jadi Pembimbing untuk Anak

Peran orang tua sebagai pembimbing memang sudah menjadi hal yang tidak asing lagi. Apalagi saat anak di usia tersebut mulai menghadapi berbagai masalah saat berinteraksi dengan teman di sekolahan atau lingkungan sekitarnya. 

Tentunya dalam menyikapi hal yang seperti ini, Orang tua harus mempunyai cara tersendiri. Misalnya saja dengan berusaha untuk menggali perasaan anak terkait masalahnya dan memahami masalah. Selebihnya orang tua hanya perlu memberikan arahan dan pengertian mengenai masalah tersebut.

3. Penghubung Anak

Menjadi penghubung anak dari berbagai permasalahan yang dialaminya juga menjadi peran orang tua. Tentunya dalam hal ini orang tua harus berusaha memahami bagaimana permasalahan yang berasal dari sumber lain. Hal ini dilakukan agar bisa mendapatkan informasi lebih jelas.

Informasi yang didapatkan bisa berasal dari berbagai sumber seperti teman, guru dan lainnya. Hal ini dilakukan agar orang tua tidak terfokus membela anak sebelum mengetahui kebenarannya. Sekalipun anak yang melakukan salah, Orang tua harus mengingatkan dan memberikan pengertian.

4. Membantu Anak Memecahkan Masalah dan Mengajarinya

Anak usia dini masih termasuk labil, sehingga belum terlalu bisa mengontrol emosionalnya. Begitu juga saat terjadi semua masalah sederhana dengan temannya, biasanya saya anak usia dini akan langsung melampiaskan emosionalnya tanpa berpikir terlebih dahulu.

Tentu sebagai orang tua dalam hal ini penting untuk memecahkan masalah tersebut dengan menerapkan beberapa hal. Seperti halnya mendampingi anak, mengarahkannya agar tidak melakukan hal yang buruk dan menjelaskan konsekuensi negatif dan positif terhadap apa yang dilakukan. 

5. Memberikan Dasar Pendidikan Bagi Anak

Peran orang tua menangani anak usia dini yang selanjutnya yaitu memberikan dasar pendidikan. Tentunya jika dasar pendidikan sudah diberikan sejak dini, maka akan semakin mudah anak mandarin ayah begitu juga dalam menerapkannya di kehidupan sehari-hari.

Dasar pendidikan yang wajib diberikan sejak kapan hari ini seperti budi pekerti, pendidikan agama, sopan santun, kasih sayang, mematuhi, estetika, rasa aman dan lain sebagainya. Selain itu, orang tua juga wajib untuk memberikan pola asuh yang tepat agar pertumbuhan anak lebih maksimal. 

6. Tidak Melakukan Hal Buruk di Depan Anak

Tidak melakukan hal buruk di depan anak juga menjadi salah satu peran orang tua yang wajib untuk dilakukan dalam menangani anak usia dini. Mengingat anak diusia tersebut merupakan sebaik-baiknya peniru, sehingga apapun yang dilakukan oleh orang tuanya akan langsung ditiru.

Maka dari dari itu, penting sekali untuk berhati-hati dalam berbuat apapun. Justru akan lebih baik lagi jika orang tua memberikan contoh yang baik di depan orang agar ditiru. Misalnya saja cara berinteraksi dengan orang yang lebih tua, melakukan tanggung jawab dan lainnya.

7. Menjadi Pendengar yang Baik

Salah satu cara yang bisa kita lakukan untuk menangani anak usia dini sebagai salah satu peran orang tua yaitu menjadi pendengar. Mengingat orang tua merupakan tempat pulang, sehingga harus bisa memberikan kenyamanan kepada anak dalam berbagai hal terutama bercerita.

Jangan terburu-buru memberikan respon, tapi biarkan anak bercerita hingga selesai. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar anak merasa dihargai dan perasaan didengarkan. Tidak ada salahnya juga dalam hal ini memberikan pujian, pelukan dan kasih sayang kepada anak. 

8. Bertanggung Jawab Memberi Kenyamanan untuk Anak

Upaya lain yang harus dilakukan orang tua dalam mewujudkan perannya yaitu memberikan kenyamanan. Kenyamanan yang diciptakan ini sangat diperlukan agar nantinya anak menjadikan orang tua sebagai sahabat terbaiknya dalam berbagai hal.

Bahkan, kenyamanan ini juga memberikan kesempatan kepada anak untuk tidak canggung bercerita kepada orang tuanya. Tentu dengan kondisi yang seperti itu, orang tua akan lebih mudah untuk memahami bagaimana karakter anak dan cara mengarahkannya. 

9. Meluangkan Waktu yang Cukup untuk Anak

Cara menangani anak usia dini yang selanjutnya yaitu meluangkan waktu. Entah itu belum kan waktu untuk menemani anak belajar atau sekedar bermain. Tentu jika orang tua bisa dijadikan sebagai teman, anak tidak akan merasa canggung dan tentunya nyaman.

Begitu juga sebaliknya, jika orang tua memberikan perhatian penuh terhadap anak, maka respon anak pada setiap arahan dan bimbingan orang tua menjadi lebih baik. Contohnya ajari anak bagaimana cara bersosialisasi yang baik, beretika dan lain sebagainya. 

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.


Parenting

Maksimalkan Perkembangan Kognitif Anak Sebelum Ia Berusia 5 Tahun

Mempunyai anak yang dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal merupakan impian setiap orang tua. Inilah kenapa diperlukan upaya memaksimalkan tahapan perkembangan kognitif anak usia 0-5 tahun. Jadi, disini peran orang tua sangatlah penting dalam perkembangan kognitif anak.

Pahami Dulu Apa Itu Pengertian Kemampuan Kognitif Anak

Sebelum membahas mengenai cara yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan perkembangan kognitif anak, penting untuk mengetahui pengertiannya. Secara umum, kemampuan kognitif merupakan proses di mana anak dapat menerima pengetahuan dan informasi. 

Selain itu, kemampuan kognitif juga bisa diartikan sebagai keterampilan otak anak yang sangat diperlukan kan dalam menyelesaikan tugas sederhana sampai yang kompleks. Meskipun begitu, bukan berarti kemampuan tersebut dapat berkembang tanpa adanya upaya manusia. 

Inilah Kenapa sebagai orang tua penting untuk mengetahui kemampuan tersebut. Apalagi jika dibandingkan kemampuan yang dimiliki anak-anak dan orang dewasa sangatlah berbeda. Dengan kata lain, di sini orang tua harus memberikan dukungan atau stimulasi perkembangan kognitif. 

Cara Memaksimalkan Perkembangan Kognitif Anak 0-5 Tahun

Anak di usia 0-5 tahun mempunyai perkembangan kognitif yang berbeda. Contoh cara untuk memaksimalkan perkembangan tersebut di setiap tahunnya juga berbeda. Selengkapnya berikut ini penjelasan mengenai cara-caranya di setiap usia anak. 

1. Memaksimalkan Perkembangan Kognitif Usia 0-6 Bulan

Anak di usia 0-6 bulan sudah mulai menunjukkan kemampuannya dalam menunjukkan reaksi terhadap suara. Bahkan, di usia ini anak juga sudah mulai bisa mendekati sumber suara tersebut. Sedangkan untuk memaksimalkan perkembangan kognitifnya, terapkan beberapa cara ini.

  • Mengajak anak untuk berbicara agar dapat memastikan Apakah sudah bisa merespon dengan melihat wajah Anda.
  • Sering-seringlah membacakan buku kepada anak dan menunjuk gambarnya. 
  • Melakukan berbagai aktivitas yang tidak akan membuat bayi bosan dan rewel.
  • Berikan mainan dengan jarak jauh dan masih terlihat anak. 

2. Memaksimalkan Perkembangan Kognitif Usia 6-9 Bulan

Tahapan perkembangan kognitif anak usia 0-5 tahun, terutama di usia 5-9 bulan sudah mulai mempunyai kemampuan seperti menggenggam benda. Bahkan, di usia ini anak juga sudah bisa memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lainnya. Tentu untuk memaksimalkan perkembangan kognitif ini, terapkan beberapa cara berikut.

  • Saat anak mempunyai kemampuan atau keterampilan baru, berikan pujian.
  • Berikan mainan di sekeliling anak.
  • Membacakan buku kepada anak saat menjelang tidur atau waktu lainnya.
  • Memberikan permainan yang bisa meningkatkan kemampuan berpikir seperti memasukkan benda ke dalam lubang.
  • Mengajak anak untuk bernyanyi dan mendengarkan musik.

3. Memaksimalkan Perkembangan Kognitif Anak Usia 9-12 bulan

Anak di usia ini sudah bisa sudah mempunyai kemampuan membedakan benda sesuai dengan fungsinya. Misalnya saja cangkir untuk minum, sendok untuk makan dan lain sebagainya. Sedangkan untuk memaksimalkan perkembangan ini, orang tua wajib melakukan beberapa cara berikut. 

  • Memberikan anak berbagai mainan maupun benda.
  • Mengajak anak untuk bermain petak umpet dan bertepuk tangan.
  • Mengajak anak bermain mencari barang-barang yang hilang.
  • Mengajarkan pengetahuan baru mengenai sebab akibat. 

4. Memaksimalkan Perkembangan Kognitif Usia 1-2 tahun

Saat anak sudah berusia satu atau dua tahun, pengetahuannya mulai bertambah. Misalnya saja sudah memahami anggota tubuhnya. Bahkan, sudah paham mengenai benda-benda yang ada di sekitarnya. Sedangkan cara memaksimalkan perkembangan kognitif tersebut, berikut cara-caranya.

  • Mengajak anak untuk mewarnai gambar dengan bentuk tertentu.
  • Mengajak anak untuk mencari mainan yang disembunyikan. 
  • Sering-seringlah memberikan arahan kepada anak seperti ambil mainan itu.
  • Bisa juga memberikan arahan untuk memasukkan mainan ke dalam keranjang.

5. Memaksimalkan Perkembangan Kognitif Usia 3-4 Tahun

Saat anak sudah menginjak usia 3 sampai 4 tahun, biasanya sudah mulai bisa bermain dengan temannya. Namun, di usia ini belum bisa untuk berbagai mainan atau sejenisnya. Tentunya untuk memaksimalkan perkembangan tersebut, terapkan beberapa cara berikut ini.

  • Mengajak anak melakukan sesuatu atau bermain peran.
  • Mengajak anak bermain menjadi pemimpin.
  • Mengajarkan anak mengenai lagu-lagu.
  • Mengajak anak untuk membantu aktivitas orang tua seperti memasukkan mainan ke dalam keranjang.
  • Mulai ajarkan mengenal angka-angka dan berhitung. 

6. Memaksimalkan Perkembangan Kognitif Anak Usia 4-5 tahun

Saat anak di usia 4 sampai 5 tahun sudah mulai bisa memahami konsep waktu seperti pagi, nanti, kemarin dan lainnya. Tentu di tahapan usia ini anak sudah mulai mengalami perkembangan dalam kemampuannya. Sedangkan untuk memaksimalkannya, Orang tua harus menerapkan beberapa cara berikut ini.

  • Memancing agar anak dapat menceritakan aktivitasnya.
  • Biasakan anak untuk bisa mengambil keputusan dengan cara memberikan pilihan.
  • Membantu anak dalam meningkatkan kemampuannya dalam berbahasa dan mengenalkan kata-kata yang akan sering digunakan. 
  • Membantu anak agar bisa menggunakan frasa dan kata yang tepat.
  • Ajak anak untuk menggambar semua anggota keluarga. 

Pentingnya Peran Orang Tua dalam Perkembangan Kognitif Anak

Dari penjelasan sebelumnya bisa diambil garis besar jika peran orang tua dalam perkembangan kognitif anak sangatlah penting. Dengan kata lain, tanpa bantuan dari orang tuanya terutama ibu, perkembangan kognitif anak tidak akan berkembang optimal.

Di sini, orang tua berperan sebagai pembimbing dan mengarahkan anak agar melakukan sesuatu yang nantinya bisa menjadi kebiasaan. Misalnya saja memimpin anak untuk bisa dispilin, mandiri dan membuat keputusan sendiri.

Tentunya untuk meningkatkan perkembangan kognitif anak bisa dilakukan sesuai dengan tahapan usianya. Mengingat setiap usia anak, mempunyai kemampuan tersendiri dan tentunya tidak dapat dipaksakan sama dengan usia yang selanjutnya. 

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Most Share

To Top