Parenting

Anak Orang Lain Membuat Gaduh Di Tempat Umum Dan Menganggu Anak Anda? Begini Cara Tepat Mengatasinya

Pada dasarnya tingkah laku anak kecil selalu berhasil membuat orang dewasa gemas dan jatuh hati. Namun, terkadang kita juga akan merasa tidak nyaman ketika melihat anak orang lain yang membuat gaduh di tempat umum. Hendak menegur rasanya tak enak, tapi jika tidak ditegur hanya membuat anda kian jengkel. Harus bagaimana?

Menurut seorang pakar psikolog anak Irma Gustiana, M.Psi, Psi, wajar memang  jika kita hendak menegur seorang anak, namun dengan catatan harus menggunakan kata-kata yang sopan dan baik sehingga orang tuanya pun dapat menerima saran atau arahan kita yang memang notabene orang asing. Sebagai contoh saja, ketika kita melihat seorang anak yang bermain dengan cara mendorong-dorong sehingga mengakibatkan anak terdesak, kita bisa menegur anak tersebut dengan kalimat “Dik, sabar ya, nanti pasti kebagian mainannya!”

Dari hal di tersebut, dapat diambil kesimpulan, bahwa ada beberapa trik khusus yang bisa dilakukan untuk mengatasi anak orang lain yang gaduh di tempat umum. Usahakan jangan membentak anak ya Bun!

Jangan Pakai Emosi Bunda!

Memang ketika kita melihat anak orang lain yang bikin onar di tempat umum merasa jengkel, marah dan sangat mengganggu. Tetapi, sebaiknya kita tidak boleh emosi, namun cobalah untuk menegur dengan kata-kata yang halus. Jika dengan kata halus tidak mempan, cobalah dengan kata-kata candaan. Dengan begitu dia akan lebih memahami maksud anda.

Akan Jauh Lebih Baik Bila Anda Tidak Menyebutnya “Anak Nakal”

Pasti anda merasa tidak terima jika anak anda dikatakan nakal oleh orang lain yang tidak dikenal kan? Maka dari itulah, ketika melihat anak orang lain gaduh atau membuat onar di tempat umum jangan sekali-kali menyebutnya nakal. Misalnya saja “Kamu nakal sekali, anak siapa sih?”. Alih-alih membuat keadaan jadi lebih baik baik, hal itu justru akan menyinggung perasaan orangtuanya. Bukan tak mungkin orangtuanya malah akan balik memarahi anda. dan membuat situasi jadi kian tak terkendali. Oleh karena itu, jika ingin menegur anak orang lain hindari kata nakal. Atur intonasi bicara anda, berbicara dengan nada geram  juga tak akan memperbaiki kondisi.

Berusahlah Untuk Mengomunikasikan Dengan Orang Tuanya

Ketika kita melihat anak orang lain yang sudah mulai rusuh cobalah perhatikan di mana orangtuanya berada. Setelah anda mengetahui keberadaan orangtuanya, cobalah menyampaikan keluhanmu pada mereka perihal kenakalan anaknya. Ucapkan dengan kalimat yang sangat sopan dan santun. Langkah tersebut juga dapat meminimalisir anak merasa malu karena ditegur atau dimarahi oleh orang lain yang belum dikenal sebelumnya.

Berbicaralah Pada Anak Tersebut Dengan Tutur Kata Yang Baik Bunda!

Ketika anda melihat anak orang lain mulai mengusik ketenangan anak anda, maka cobalah untuk mengajak dia berbicara. Ajaklah berbicara dengan tutur kata yang halus, seperti misalnya “Adik, jangan gitu ya, mainannya sama-sama biar banyak teman,”. Dengan begitu anak secara perlahan akan mengerti dan memahami sehingga bisa menjadi teman baik bagi anak anda. Bukankah segala sesuatu yang disampaikan dengan hati pasti akan sampai ke hati pula?

 

1 Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.


Parenting

Anak Suka Menggigit Karena Tidak Pecaya Diri, Pelajari Penyebab dan Cara Mengatasi Anak Suka Menggigit

Problem anak balita yang suka menggigit bisa menjadi bentuk ekspresi gemas atau karena ada faktor penyebab lain yang mendasarinya. Pada umumnya kebiasaan menggigit pada anak-anak masih dianggap wajar. Namun, terkadang menimbulkan kekhawatiran tersendiri jika terlalu sering dilakukan.  

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh M.O.Marouane, menggigit kuku selain dapat menimbulkan infeksi dan perdarahan di kuku berbagai kemungkinan ini juga dapat terjadi:

  • Merusak gigi dan gusi anak, susunan gigi tidak rapi, atau gigi condong ke depan,
  • Infeksi bakteri yang melibatkan peradangan kulit di sekitar jari,
  • Kondisi di mana darah terkumpul di bawah kuku menyebabkan banyak rasa sakit (subungual infection),
  • Infeksi jamur pada kuku (onychomycosis),
  • Kerusakan pada bantalan kuku (onycholysis).

Problem Anak Balita yang Suka Menggigit dan Solusinya

Pada dasarnya, menggigit merupakan respon wajar yang dilakukan oleh anak balita dalam masa perkembangannya. Kebiasaan ini biasanya akan berlangsung saat anak berusia 12 – 36 bulan. 

Penyebab pasti menggigit kuku masih diperdebatkan.  Ada beberapa faktor penyebab mereka memiliki kebiasaan suka menggigit. Berikut ini beberapa di antaranya:

  1. Karena Tidak Percaya Diri 

Penyebab pasti menggigit kuku masih  memang masuk diperdebatkan. Salah satu faktor yang mempengaruhi meliputi faktor psikologis. Menggigit kuku karena tidak percaya diri bisa menjadi alasan anak menggigit kuku. Misalnya saat diminta guru untuk bernyanyi di depan kelas, untuk mengurangi stres maka anak Bunda mulai menggigit kukunya.

  1. Bisa Jadi Karena Sedang Tumbuh Gigi

Salah satu pertanda bahwa si kecil sedang tumbuh gigi adalah mereka suka memiliki kebiasaan baru suka menggigit. Hal ini dikarenakan saat gigi mulai tumbuh, akan timbul rasa sakit. Terlebih lagi anak di bawah usia tiga tahun merupakan fase oral dimana anak senang mengeksplorasi menggunakan mulut. 

Karena tidak bisa menahan rasa sakitnya saat gigi beranjak tumbuh, maka mereka bisa dengan mudah menggigit apa saja yang ada di sekitarnya. Terlebih lagi jika ada benda yang menarik perhatiannya. Tak jarang ada yang sampai menggigit anggota tubuh orang tuanya. 

  1. Rasa Penasaran dan Ingin Tahu yang Tinggi

Saat usia masih balita, anak-anak biasanya memiliki rasa ingin tahu yang begitu besar terhadap segala sesuatu. Salah satunya adalah rasa penasaran bagaimana reaksi yang akan muncul ketika si kecil menggigit seseorang baik teman maupun orang tuanya. 

  1. Menunjukkan Ekspresi Marah, Kesal, dan Gemas

Saat usia masih di bawah lima tahun, anak memiliki keterbatasan perbendaharaan kata sehingga kesulitan untuk mengungkapkan emosi atau perasaannya. Seringkali mereka menggigit hanya karena ingin meluapkan emosi kesal, marah, dan merasa diabaikan. Tak jarang mereka melakukannya karena gemas.  

  1. Mencari Perhatian

Anak-anak memang suka mencari perhatian orang-orang sekitarnya. Sehingga mereka akan mencari segala cara agar diperhatikan, salah satunya dengan menggigit orang lain. Dengan demikian orang yang ada di sekitarnya akan memberikan perhatian kembali kepada si kecil. 

Tips Mengatasi Anak Suka Menggigit

Sebenarnya, kebiasaan anak mulai menggigit adalah hal yang wajar dan tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Namun, demi tumbuh kembang si kecil dan agar tidak menjadi kebiasaan maka penting sekali untuk mengatasinya dengan cara yang tepat. Berikut ini langkah-langkah yang bisa Orangtua lakukan:

  1. Tetap Sabar dan Jangan Langsung Memukul atau Memarahi Anak

Tindakan menggigit memang salah apalagi jika sampai menimbulkan luka pada anggota badan orang lain. Namun, jangan sampai Orangtua kehilangan kesabaran dan langsung memarahi anak begitu saja dengan berteriak apalagi memukul. Karena hal tersebut akan membuat anak semakin frustasi. 

Bukannya menyelesaikan  masalah, anak justru akan ketakutan dan menangis. Padahal mungkin dibalik perilakunya yang suka menggigit ada alasan yang mendasari mereka hingga melakukan hal tersebut. Dalam hal ini, sebagai orang tua Orang tua harus memahami kemauan si kecil. 

  1. Mengajak Berkomunikasi

Anak sebenarnya bisa diajak bicara dan  komunikasi dengan baik-baik tanpa harus dimarahi. Jelaskan kepada mereka bahwa menggigit itu adalah kebiasaan yang kurang baik. Ajarkan dengan kata-kata lembut dan menenangkan agar si kecil tidak ketakutan saat diinterogasi. 

Jika memang tujuan si kecil menggigit adalah untuk meluapkan emosinya, maka sampaikan bahwa mengutarakan perasaan itu lebih baik jika dibandingkan dengan gigitan. Ajar anak untuk meminta maaf kepada orang lain yang digigitnya karena tindakan tersebut merupakan suatu kesalahan. 

  1. Jaga Mood Agar Tetap Baik

Pada dasarnya, salah satu alasan utama anak menggigit adalah karena ingin mencari perhatian. Mereka melakukan hal ini biasanya karena mood sedang tidak baik atau ada sesuatu yang membuatnya merasa kesal. 

Oleh karena itu, penting untuk menjaga mood anak agar tetap baik dan pastikan semua kebutuhannya terpenuhi dengan baik. Mulai dari makan, minum, hingga cukup tidur. Jika kebutuhan sudah terpenuhi, maka mereka pun akan lebih terjaga mood-nya sehingga tidak serta merta menggigit orang lain. 

  1. Berikan Perhatian Kepada Anak

Sesibuk apapun pekerjaan Orang tua baik di rumah maupun di kantor, penting sekali untuk tetap memberikan perhatian kepada si kecil. Anak yang suka menggigit bisa jadi karena kurang perhatian dan ingin lebih diperhatikan oleh orang tua maupun lingkungan sekitarnya. 

Perhatian yang cukup dari orang tua untuk anak-anaknya sangat penting untuk tumbuh kembang si kecil. Apalagi saat mereka sedang di fase akan mendapat adi baru, masuk sekolah, dan lain sebagainya. Anak akan meninggalkan kebiasaan menggigit dengan sendirinya ketika diperhatikan lebih. 

  1. Bawakan Mainan atau Teether

Saat Anak sedang tumbuh gigi, berikan mainan yang bisa digigit. Saat ini sudah banyak mainan yang memang khusus untuk digigit seperti teether untuk mencegah si kecil menggigit orang lain. Fungsi dari mainan jenis ini juga untuk membantu meredakan rasa gatal dan tidak nyaman saat tumbuh gigi. 

Dengan cara ini, anak akan lebih fokus dengan mainnya dan lupa tentang kebiasaannya menggigit orang lain. Perlahan ketika mereka sudah bisa mengerti dan dinasehati, maka kebiasaan suka menggigit pun akan hilang dengan perlahan. Jadi, Orang tua tidak perlu terlalu khawatir lagi. 

Problem anak balita yang suka menggigit dan solusinya di atas bisa Orang tua praktekkan di rumah ketika si kecil memasuki fase ini. Bisa jadi mereka memang sedang membutuhkan perhatian lebih atau merasa tidak nyaman karena akan tumbuh gigi. Orang tua yang paling tahu tentang perkembangan mereka. 

1 Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.


Extra

Si Kecil Berusia 7 Bulan? Yuk Cari Tahu Tahapan Tumbuh Kembangnya

Apakah buah hati ayah dan bunda memasuki usia 7 bulan? Wah, tidak terasa ya sudah lebih dari setengah tahun Ayah dan Bunda bersama si kecil. Anak yang dulu saat baru lahir tampak tidak berdaya, sekarang sudah sangat aktif dan banyak bergerak. Pada tahun pertama, pertumbuhan dan perkembangan anak memang terasa sangat cepatBun.

Setiap tahap tumbuh kembang yang anak capai, pasti membuat orang tua merasa bahagia. Nah, di usia 7 bulan, kira-kira apa lagi pertumbuhan dan perkembangan yang dialami si kecil ya? Yuk, simak tulisan ini sampai selesai untuk mengetahui tahapan tumbuh kembang anak usia 7 bulan.

Pertumbuhan Fisik, Sudah Mulai Tumbuh Gigi

Gigi pertama bayi normalnya mulai muncul pada usia 4-6 bulan. Biasanya, gigi yang pertama muncul adalah dua gigi seri pada gusi bawah. Setelah itu, gigi seri atas akan menyusul. Karena sedang dalam masa tumbuh gigi, mungkin anak akan merasa tidak nyaman. Gusi anak mungkin akan membengkak, merah, atau terasa gatal.

Anak mungkin mengeluarkan air liur lebih banyak. Selain itu, anak suka memasukkan tangan atau benda ke mulut dan menggigitnya. Untuk membantu si kecil mengatasi rasa tidak nyamannya, orang tua bisa memberikan teether, mainan yang khusus untuk digigit anak. Pastikan teether dalam keadaan bersih ketika diberikan kepada si kecil.

Pertumbuhan fisik lainnya adalah bertambahnya berat badan dan tinggi badan anak. Untuk anak laki-laki, berat badan normalnya antara berkisar 6,7 – 10 kg dan tinggi badannya antara 65 – 73 cm. Sedangkan, untuk anak perempuan, berat badannya antara 6 – 9,5 kg dan tinggi badannya kira-kira 63 – 71,5 kg.

Jangan lupa menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan anak setiap bulan ya. Jika berat badan dan tinggi badan anak di luar garis normal atau pertambahannya tidak sesuai dengan kurva pertumbuhan, maka segera konsultasikan kepada dokter.

Perkembangan Motorik Anak

Sejak usia 6 bulan, kekuatan otot lengan dan kaki anak mulai bertambah. Umumnya, di usia 7 bulan anak mulai belajar merangkak. Namun, tidak semua anak melewati fase merangkak. Ada juga yang langsung bisa berjalan tanpa melalui fase merangkak. Oleh karena itu, ayah dan bunda tidak perlu cemas jika anak belum bisa merangkak. Selama anak bisa mengkoordinasikan alat gerak tubuhnya, maka tidak perlu khawatir.

Di usia 7 bulan anak dapat memutar badannya. Ia juga mulai bisa menegakkan punggungnya, sehingga bisa duduk sendiri tanpa sandaran. Namun, tetap awasi si kecil ya. Jika duduk di baby chair, jangan lupa memakaikan tali pengamannnya. Sebaiknya hindari penggunaan baby walker karena tidak direkomendasikan oleh dokter anak. Menggunakan baby walker memang membuat anak lebih mudah bergerak, tetapi hal itu karena ada rodanya, sehingga otot kaki anak tidak terlatih. Selain itu, mendudukkan anak di baby walker tanpa pengawasan juga bisa menyebabkan kecelakaan, misalnya anak terjatuh karena mendorongnya terlalu kuat.

Untuk menstimulasi kemampuan motorik anak, orang tua harus sering mengajak anak bermain. Letakkan mainan di beberapa tempat agar anak bergerak untuk menjangkaunya. Anak juga mulai bisa menyusun benda menurut ukurannya.

Sejak usia 6 bulan, anak sudah mendapat makanan pendamping ASI. Di usia 7 bulan, anak bisa diajarkan untuk minum dari cangkir. Sebagai permulaan bisa menggunakan sippy cup, yaitu cangkir yang mengerucut atau mempunyai moncong di bagian atasnya untuk memudahkan si kecil minum. Makan dan minum adalah hal yang terlihat mudah, tetapi membutuhkan kemampuan motorik oral atau oromotor.

Kemampuan Bahasa dan Komunikasi

Di usia 7 bulan, anak mulai mengerti beberapa kata sederhana seperti iya, tidak, dan jangan, walaupun belum bisa mengucapkannya. Sama seperti di bulan sebelumnya, anak usia 7 bulan berkomunikasi dengan menggunakan gestur tubuh.

Oleh karena itu, ketika mengobrol dengan si kecil, usahakan untuk disertai dengan gestur dan ekspresi wajah yang sesuai. Anak juga dapat memahami intonasi bicara. Jika, orang berbicara dengan nada tinggi, mungkin anak akan merespon dengan menangis karena takut.

Walaupun belum bisa berbicara, bukan berarti anak tidak bisa bersuara. Di usianya sekarang, anak semakin gemar mengoceh. Mungkin anak akan mengucapkan kata sederhana seperti “mama” dan “papa”, tetapi belum mengerti artinya. Anak juga mulai bisa mengenali dan mengingat suara yang familiar loh Bun. 

Untuk mendukung kemampuan bahasa dan komunikasi anak, ada beberapa cara yang bisa ayah dan bunda lakukan, yaitu:

  1. Sering mengajak anak berkomunikasi dan mengobrol. Walaupun anak belum bisa menjawab, tetapi anak akan menanggapi dengan eskpresinya seperti tertawa, merengut, bingung, dan lainnya. Perhatikan ekspresi si kecil, pasti menggemaskan.
  2. Membacakan buku dengan nyaring sambil memperlihatkan gambar di buku. Kosakata anak akan semakin bertambah dengan dibacakan buku. Anak juga belajar dengan melihat gambar yang ada di buku, jadi sebaiknya pilih buku yang banyak gambarnya ya.
  3. Tunjuk bagian tubuh atau benda di rumah dan sekitar sambil sebutkan namanya agar anak tahu nama-nama benda disekitarnya.
  4. Ajak anak menyanyi lagu anak yang sederhana. Anak akan belajar bahasa dari lirik lagu anak.

Perkembangan Sosial dan Emosional

Apakah si kecil sering rewel dan menangis ketika berpisah dengan bunda? Jika iya, hal ini disebut separation anxiety, yaitu anak menjadi cemas ketika orang tua atau orang terdekatnya menghilang dari pandangannya. Misalnya anak menangis dan tidak mau berpisah ketika bunda pergi bekerja. Untuk mengatasinya, bunda bisa memeluk, mencium, dan menggendong si kecil sebelum pergi. Jangan mengelabui atau membohongi anak karena hal itu justru meruntuhkan kepercayaan si kecil.

Selain itu, mungkin anak juga cemas ketika ada orang asing atau tidak dikenal mendekatinya. Misalnya anak menangis kencang ketika ada tamu yang berkunjung. Jangan marahi si kecil ya, karena ia belum mengerti. Hal ini wajar terjadi karena anak usia 7 bulan mulai bisa memahami lingkungan di sekitarnya, siapa orang yang dikenal dan siapa yang tidak dikenal.

Di usia 7 tahun, anak makin bisa mengekspresikan perasaannya. Anak akan tertawa atau bertepuk tangan ketika gembira, melambaikan tangan atau kiss bye ketika berpisah dengan orang yang dikenalnya, dan si kecil mungkin ikut menangis ketika melihat orang lain menangis.

Jadi, kesempatan ini bisa dimanfaatkan untuk mengenalkan berbagai emosi dan bagaimana berempati kepada orang lain. Anak mungkin belum sepenuhnya paham, tetapi tetap perlu mendapatkan contoh dari orang-orang di sekitarnya.

Hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Mendampingi Anak Usia 7 Bulan

Usia 7 bulan adalah masanya anak menjadi lebih aktif bergerak. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang perlu ayah dan bunda perhatikan ketika mendampingi si kecil.

  1. Pastikan area anak beraktivitas aman dan bersih
    Anak usia 7 bulan mulai lebih aktif dan leluasa untuk bergerak. Apalagi jika si kecil sudah bisa merangkak, ia akan terus mengeksplorasi hal-hal yang menarik perhatiannya. Jadi, pastikan lantai dan area beraktivitas anak bersih, tidak licin, dan aman.
  2. Berikan permainan yang beragam untuk merangsang perkembangan anak
    Banyak permainan yang dapat merangsang perkembangan anak. Tak perlu mainan yang mahal, cukup memanfaatkan barang-barang yang ada di rumah. Untuk merangsang motorik halus, bisa menggunakan pompom atau benda berukuran kecil di rumah. Ajarkan anak untuk menjimpit, mengambil, dan memindahkan benda kecil menggunakan jari-jarinya. Tentu saja harus ada orang dewasa yang mengawasi agar anak tidak memakan atau memasukkan mainannya ke hidung.
    Untuk merangsang motorik kasar, ajak anak untuk bergerak. Misalnya dengan mengajarkan anak untuk berdiri sambil dipegangi atau memancing keinginan anak untuk merangkak. Selain itu, ajak anak menari agar semua anggota tubuhnya bergerak.
    Selain kemampuan motorik, kemampuan sensori dan kognitif anak juga perlu distimulasi. Permainan yang bisa dilakukan di rumah adalah belajar mengelompokkan benda berdasarkan ukuran atau bentuk, mengocok botol yang berisi berbagai benda untuk mendengarkan suaranya, dan main petak umpet menggunakan mainan anak.
  3. Jauhkan benda yang dapat membahayakan anak
    Berhubung anak mulai bisa leluasa bergerak dan berpindah, maka perlu dipastikan tidak ada benda berbahaya di sekitar anak. Jauhkan benda-benda yang tajam, mudah jatuh, dan benda kecil yang bisa tertelan oleh anak. Jika ada saluran listrik yang dapat dijangkau anak, sebaiknya ditutup atau dimatikan.

Wah, mengagumkan ya tumbuh kembang si kecil. Banyak kejutan yang dilihat ayah dan bunda ketika mendampingi tumbuh kembang anak. Tiba-tiba anak sudah bertambah berat badannya, sudah ikut makan bersama, bisa merangkak, dan mendatangi ayah dan bunda sendiri.

Perlu diingat bahwa setiap anak itu unik, tumbuh kembang satu anak dengan anak lainnya mungkin berbeda. Jadi tidak perlu membanding-bandingkan anak ya.

1 Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.


Lifestyle

Sekolah Akan Segera Tatap Muka, Bunda Sudah Siap Belum?

Sesuai dengan arahan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim, pada kunjungan kerjanya saat meninjau pelaksanaan PTM terbatas di Kota Balikpapan dan Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, pada 6-7 April 2021 lalu. Sekolah akan segera menyelenggarakan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas untuk mengejar ketertinggalan siswa selama masa pandemi Covid-19. Dan hal tersebut konon, akan mulai berlaku pada Juli mendatang. 

Serupa seperti orangtua lainnya, Bunda pastinya juga merrasa khawatir untuk melepas si Kecil ke sekolah di masa pandemi COVID-19 ini. Nah, untuk bisa tetap memberikan perlindungan pada si kecil, kita bisa mulai mengajari mereka. Berikut, adalah beberapa tips dari sayangianak yang bisa Bunda pakai untuk memberi pemahaman pada anak tentang COVID-19 dengan cara yang tetap menyenangkan. 

Buat Sesimpel Mungkin Agar Mudah Dipahami Tentang Apa Itu Covid-19

Si kecil mungkin pernah mendengar apa itu Covid-19, tapi bisa jadi ia  hanya sekedar tahu tanpa paham jika ini adalah virus yang berbahaya. Untuk itu, jangan sampai terlewat meski ini akan jadi komunikasi yang cukup butuh energi. Sebab si kecil mungkin masih sulit untuk bisa memahami. Makanya, sebisa mungkin Bunda harus mencari cara yang bisa membantu ia paham dan mengerti lebih mudah.  

Misalnya dengan membuat objek sebagai gambaran, jika ia terlalu dekat dengan temannya di sekolah, ia bisa jadi akan tertular virus. Dengan begitu, ia akan berusaha untuk selalu menjaga jarak dengan temannya selama di sekolah. 

Berikan Contoh Nyata, Tentang Bagaimana Bunda Menerapkan Protokol Kesehatan yang Benar

Setelah memberinya pengertian melalui ucapan, selanjutnya Bunda bisa memberinya contoh dari segi perbuatan nyata. Yap, cobalah untuk menunjukkan bagaimana Bunda menjaga kesehatan secara langsung ketika hendak ke luar rumah.

Dimulai dari selalu menggunakan masker, mencuci tangan dan menggunakan handsanitizer. Selain itu, Bunda juga perlu menekanan, bagaimana cara pemakaian masker yang benar haruslah menutupi keseluruhan bagian mulut, jangan terlalu ke bawah atau terlalu ke atas. Dan pastikan juga jika si kecil harus mencuci tangannya dengan sabun dan membilasnya hingga bersih menggunakan air. 

Ajak Si Kecil untuk Tetap Konsisten Menjaga Kebersihan dan Kesehatan Dirinya Karena Bunda Tak Akan Ada Selama ia di Sekolah

Kadang kala, anak hanya akan melakukan sesuatu karena diawasi Bun. Dan itu wajar-wajar saja, karena pada usianya ia masih akan melakukan hal-hal yang memang sesuai dengan moodnya saja. Itulah, mengapa Bunda perlu tegas untuk memberinya pemahaman. Jika menjaga kesehatan selama pandemi adalah sesuatu yang wajib dilakukan dan harus. 

Tekankan padanya, jika ia harus selalu melakukan apa yang Bunda sudah ajarkan selama ia akan berada di Sekolah. Mulai dari tetap memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak dari teman-temannya. 

Meski Covid-19 Memang Berbahaya, Tapi Bunda Jangan Pernah Menggunakan Kondisi Pandemi Ini untuk Menakut-nakutinya

Situasi ini memang jadi sesuatu yang wajib membuat kita terus waspada. Apalagi aktivitas tatap muka di sekolah yang akan segera si kecil lakoni. Namun, hal lain yang perlu tetap Bunda Ingat adalah jangan sampai menjadikan kondisi ini sebagai bahan untuk menakut-nakuti si kecil. 

Kita hanya perlu memberikan arahan dan contoh nyata kepadanya, agar ia juga bisa melakukan hal serupa. Menakuti-nakutinya hanya akan memberikan pengalaman buruk terhadap pikirannya. Dan bukan tak mungkin juga akan berdampak pada tumbuh kembangnya. Jadi selama Bunda, sudah mengajarinya untuk tetap menjaga kesehatan dan melakukan protokol kesehatan lainnya. Bunda sudah melakukan yang benar. Jadi jangan terlalu cemas berlebihan ya Bun!

1 Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Most Share

To Top