Melihat gadget bertebaran di tangan anak-anak saat ini bukan lagi hal yang luar biasa, sepertinya pemandangan itu sudah lumrah malah jadi suatu keharusan supaya tidak ketinggalan informasi. Mulai dari balita hingga orang dewasa rasanya seakan tak bisa hidup tanpa gadget. Sarana pendidikan pun banyak sekali yang difasilitasi oleh gadget.
Generasi Digital Native, Generasi yang terbiasa dengan pesatnya kemajuan teknologi
Anak-anak yang lahir di tahun 2004 keatas tak bisa mengelak dari takdir mereka menjadi generasi digital native, generasi yang terbiasa dengan pesatnya kemajuan teknologi. Sementara itu, para orang tua dan tenaga pendidik yang lahir jauh sebelum generasi digital native hanya menjadi pendatang di era yang serba ‘digital’ ini, tepatnya mereka disebut digital immigrant. ~ Hal yang menjadi kebiasaan Generasi digital
Para digital native yang terbiasa hidup di zaman serba cepat cenderung menuntut rentang kebebasan lebih banyak, senang mengekspresikan diri, instant, tidak suka diajari, cenderung menolak komunikasi searah dalam bentuk apapun baik offline maupun online, dan senang berbagi juga berkolaborasi. Kenyataan ini menuntut para digital immigrant untuk menghadapinya, bagaimana caranya agar bisa menyelami dunia mereka yang serba digital.
Menjalani kehidupan digital bukan berarti para digital native akan lebih pintar dalam berbagai hal
Peran orang tua dan tenaga pendidik tetap dibutuhkan karena terkadang anak-anak masih belum berpengalaman dalam memilah beragam pilihan hidup. Peranan orang tua dan tenaga pendidik sebagai pembimbing, pengontrol, pemberi arahan akan diterima para digital native jika dilakukan dengan pendekatan yang paling sesuai dengan cara hidup mereka yang serba digital.
Oleh karena itu, orang tua dan tenaga pendidik tidak bisa menutup mata dari pesatnya perkembangan teknologi saat ini. Jika ingin menyelamatkan anak-anak yang menjadi generasi digital native dan menemani mereka dalam tumbuh kembangnya mau tidak mau kita harus menyesuaikan cara hidup kita dengan mereka. Jangan lagi jadi orang tua yang gagap teknologi, bagaimana bisa kita dampingi anak-anak digital native tanpa kemampuan yang paling tidak setara dengan mereka.
tetap ada dampak negatif yang ditimbulkan dari kemajuan teknologi terhadap anak
Bukan saatnya untuk kita memandang perubahan zaman ini dengan skeptis. Mengapa saat kita kecil dulu tidak secanggih sekarang. Ayo belajar mengikuti perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang ada. Tidak dipungkiri banyak hal positif yang diperoleh melalui kemajuan teknologi seperti hanya dengan membuka google kita bisa mengetahui segala hal yang diinginkan, hanya dengan buka whatsapp kita bisa terhubung dengan sanak saudara di daerah lain, hanya dengan mengklik skype kita bisa mengobrol sekaligus melihat teman di belahan negara lain, dan masih banyak lagi kemudahan lainnya. Walaupun demikian tetap ada dampak negatif yang ditimbulkan dari kemajuan teknologi seperti anak kelas 5 sd bisa mengakses situs porno, video yang tidak layak ditonton pun jadi mengundang rasa ingin tahu anak-anak di bawah umur, dan banyak lagi.
peran orang tua dan tenaga pendidik dibutuhkan untuk mengarahkan para digital native agar berusaha selalu berada di jalan yang benar.
Disinilah peran orang tua dan tenaga pendidik dibutuhkan untuk mengarahkan para digital native agar berusaha selalu berada di jalan yang benar. Orang tua dan tenaga pendidik akan lebih mudah melakukan tugas ini jika bisa memahami kecenderungan perilaku si digital native. Kita coba hadapi mereka dengan positif, kita ubah sudut pandang zaman kita dahulu yang cenderung lebih terikat, banyak didikte, anak harus mengikuti intruksi orang tua atau guru tanpa berhak mengemukakan pendapat sebagai masukan yang baru, kita harus berusaha ‘welcome’ pada perkembangan zaman dan kemajuan teknologi saat ini.
Tidak dipungkiri pesatnya kemajuan teknologi ini memaksa kita para digital immigrant juga anak-anak kita para digital native menjadi lebih pintar. Anak-anak berusaha belajar sendiri, mencari apa yang menarik minatnya, menjalin komunikasi dengan banyak orang di tempat yang tak terbatas waktu, menumbuhkan sikap peduli, mengasah kemampuan serta rasa ingin tahu dan orang tua tentu harus mengikuti perkembangan ini. Selain itu, hal mendasar yang penting ditanamakan di benak mereka adalah ilmu agama dan norma masyarakat agar sebebas apapun para digital native berkespresi, berbagi, berkolaborasi, berpendapat, mencari segala jawaban untuk memuaskan rasa ingin tahu baik di dunia maya maupun nyata mereka tetap berada di jalan yang benar sesuai norma agama dan masyarakat yang berlaku. Siapkah kita mendampingi para digital native? Harus siap!
