Pernahkah membandingkan anak dengan orang yang lain? Terkadang hal ini dilakukan agar anak lebih kompetitif, sehingga termotivasi untuk menjadi lebih baik. Nyatanya membandingkan anak justru berdampak buruk.
Yuk, Bunda, disimak bersama berbagai macam akibat bagi tumbuh kembang anak jika kita sering membanding-bandingkannya,
- Anak Stres
Terlalu sering dibandingkan dengan orang lain akan membuat anak menjadi stres. Anak terbebani tanggung jawab untuk menjadi yang terbaik sehingga orang tua senang dan bangga padanya.
Kenali tanda anak yang merasa terlalu terteka ya, Bun. Tandanya antara lain anak menjadi selalu gelisah. Si kecil bahkan tidak dapat tidur nyenyak .
2. Anak Menjadi Pemalu
Ketika kita terus membandingkan anak dengan orang lain, secara tidak langsung kita menyebut mereka tidak hebat. Hal ini akan membuat anak merasa dirinya tidak kompeten. Anak pun akan menarik diri dan menghindari keramaian atau interaksi sosial.
3. Anak Dapat Kehilangan Bakatnya
Seringkali kita tidak menyadari bakat yang dimiliki anak. Hal itu menyebabkan kita memaksa anak melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan bakat dan kegemarannya.
Misalnya anak suka melukis, namun kita lebih berfokus mendorong anak menjadi seorang atlet agar seperti anak orang lain. Lama-lama bakat alami anak bisa hilang.
4. Anak Menjadi Pemberontak
Terus-terusan dibandingkan dengan orang lain akan membuat anak marah dan memberontak kepada orang tuanya. Anak merasa tidak dihargai dan dipercaya, sehingga bersikap tidak peduli dan enggan mendengarkan orang tuanya.
5. Anak Rendah Diri dan Merasa Tidak Berharga
Selalu dibandingkan dengan anak lain membuat anak merasa dirinya direndahkan dan selalu kalah dari anak lain. Akibatnya anak akan merasa dirinya tidak bisa melakukan apa-apa atau tidak berguna.
Si kecil pun jadi rendah diri. Dia bahkan merasa tidak berharga, serta tidak memiliki harapan dan semangat untuk menjadi orang yang hebat di masa depan.
6. Anak Tidak Mau Kalah
Jika kita selalu membandingkan anak dengan anak orang lain itu akan membuat mereka menjadi orang yang lebih egois. Anak jadi tidak mau dikalahkan orang lain, sehingga mengandalkan segala cara agar tidak kalah dalam persaingan.
Akibatnya anak cenderung pilih-pilih teman. Bisa jadi juga ia suka memanfaatkan temannya, atau bahkan tidak mau membantu orang lain.
7. Anak Merasa Tidak Disayang Orang Tuanya
Saat terus-menerus dibandingkan dengan anak lain oleh orang tuanya, anak merasa dirinya negatif dan payah. Karena orang tua terlihat mengagumi dan membanggakan anak lain, mereka jadi beranggapan tidak disayangi orang tuanya. Ia akan merasa perasaannya diabaikan.
8. Anak Tidak Menjadi Dirinya Sendiri
Akibat lain jika sering dibanding-bandingkan, anak akan sulit menjadi dirinya sendiri. Hal ini dikarenakan segala hal yang dilakukannya selalu menurut kehendak orang tua. Ia takut membuat orang tuanya kecewa dan marah.
Yuk, Bun, kita pahami lagi bahwa setiap anak memiliki kelebihan yang berbeda-beda. Setiap anak adalah spesial. Oleh sebab itu kita perlu memperlakukannya dengan spesial juga, agar dia bisa menjadi semakin baik tanpa perlu membandingkannya dengan orang lain.
9. Menjadi Anak yang Tidak Peduli
Pencapaian anak yang selalu diabaikan dan dianggap tidak lebih baik dari anak lain akan melahirkan sikap tidak peduli. Anak jadi malas meraih prestasi apa pun. Ketika orang tua terus-terusan memuji anak lain, anak akan berpikir bahwa apa yang dilakukannya sia-sia. Akibatnya dia berpikir tidak perlu repot berusaha untuk memuaskan orang tuanya lagi.
10. Persaingan Tidak Sehat Antara Adik dan Kakak
Kadang kala orang tua membandingkan adik dengan kakaknya. Dampak negatifnya, bisa memunculkan persaingan tak sehat di antara adik dan kakak. Ini karena anak yang satu dipuja-puja, sementara yang satunya dipandang lebih rendah.
Apabila kakak dan adik terus-menerus dibandingkan, salah satu dari mereka bisa mencari berbagai cara untuk menyingkirkan atau menyakiti saudaranya. Duh, tentu hal ini bisa merusak hubungan dalam keluarga.
Nah, itu dia 10 dampak buruk yang mungkin terjadi apabila kita sering membanding-bandingkan anak. Ketimbang fokus pada kelemahannya, yuk kita lebih merayakan kekuatan yang dimiliki anak, Bun.
