Mendidik anak zaman sekarang lebih banyak tantangannya. Mengurus anak tentu tidak bisa mengalir begitu saja bagaikan air, butuh banyak rencana, banyak belajar, banyak cita-cita yang diharapkan orang tua karena mendidik anak saat ini berpengaruh besar bagi masa dewasa mereka nanti.
Saat ini tak jarang kita temui banyak pasangan muda yang akhirnya bercerai di usia pernikahan seumur jagung. Permasalahnnya tak sedikit, mulai dari hamil sebelum menikah sehingga terpaksa membangun rumah tangga sampai pada ketidaksanggupan seorang perempuan bertahan untuk menjalankan perannya sebagai istri sekaligus ibu juga kurangnya laki-laki memiliki rasa tanggung jawab terhadap keluarga kecil yang baru dibentuknya, singkatnya mereka tidak tahan banting dalam menghadapi masalah hidup. Mengapa hal tersebut terjadi? Salah satunya karena pola pendidikan yang kurang tepat diberikan sewaktu mereka kecil.
Adversity Quotion (AQ) adalah kemampuan untuk tabah, tahan banting dalam menghadapi permasalahan hidup
Orang tua yang memberikan semua kebutuhan dan keinginan anak-anak bahkan sebelum anak memintanya akan membuat mereka memiliki Adversity Quotion (AQ) yang rendah. AQ adalah kemampuan untuk tabah, tahan banting dalam menghadapi permasalahan hidup. Anak laki-laki yang berAQ rendah akan mudah menyerah dalam menghalau pengaruh negatif dalam pergaulan sehingga besar kemungkinan mereka terbawa arus buruk seperti penggunaan narkoba dan seks bebas.
Ketika menikah pun laki – laki berAQ rendah tidak bisa bertanggung jawab saat masa sulit atau bahkan menggantungkan hidup pada istri yang dianggap sebagai ibunya, menyiapkan segala kebutuhan mulai dari pakaian, makanan, sampai pada soal membetulkan genteng yang bocor atau memperbaiki keran air yang kendor. Begitu pula pada perempuan yang juga AQnya rendah akan mencari suami yang sanggup memenuhi segala keinginannya dan lebih mudah minta cerai pada masa-masa sulit.
Bagaimana caranya agar anak menjadi pribadi yang tangguh, kuat dan mampu menghadapi segala permasalahan hidup di kemudian hari?
Tentu hidup tidak akan lepas dari permasalahan dan kita dituntut menyelesaikan tantangan demi tantangan kehidupan dengan cerdas, cepat, tepat. Marilah membiasakan diri melatih anak-anak untuk BMM ( berpikir-memilih-mengambil keputusan). Orang tua bisa lebih sering menggunakan kalimat tanya seperti ‘bagaimana perasaanmu tentang hal ini?’, ‘apa yang kamu perlukan?’, atau ‘apa dampaknya jika kamu melakukan hal itu?’ dengan nada datar dan intonasi yang tidak menyudutkan.
Menyeimbangkan antara harapan dan dukungan orang tua juga perlu dilakukan agar anak merasa tidak dituntut secara sepihak
Kadang ada orang tua yang hanya ingin anaknya menuruti kemauannya tanpa mau tahu bagaimana prosesnya, apa kesulitannya. Sudah saatnya orang tua berkomunikasi dengan anak lebih baik lagi seperti ‘ayah ingin kamu melakukan hal ini, bagaimana ayah bisa membantumu?’, dengan begini tentu anak akan merasa diajak berpikir bersama, belajar menentukan pilihan dan mengambil keputusan walau tetap didampingi orang tua. Kelak mereka akan terbiasa berpikir, memilih, dan mengambil keputusan sehingga diharapkan akan terbiasa menghadapi dan menyelesaikan segala permasalahan hidup dan menjadi pribadi yang lebih tangguh.
Membantu anak mengambil keputusan sendiri dengan mengajaknya berdiskusi
Membantu anak mengambil keputusan sendiri dengan mengajaknya berdiskusi ketika mereka sedang punya masalah entah itu banyak pr atau ada konflik dengan temannya juga bisa membentuk karakter tangguh seorang anak. Orang tua juga harus mengajari anak sesuai perannya. Anak laki-laki kelak akan jadi ayah yang tegas, berani, melindungi dengan kasih sayang. Anak perempuan juga nantinya akan menjadi ibu yang merawat keluarganya dengan penuh cinta kasih. Tak lupa membiasakan anak untuk memahami bahwa perekonomian keluarga tidak selalu naik sehingga mereka perlu mengatur keuangan dan kebutuhan sesuai skala prioritas. Melalui pembiasaan sejak kecil, anak diajak belajar hidup sehingga diharapkan kelak ketika mereka menapaki kehidupan yang sesungguhnya akan tangguh dan siap menghadapi berbagai tantangan.
