Kita sedang dikejutkan oleh kasus bullying yang dialami Audrey, siswa SMP di Pontianak, Kalimantan Barat yang menjadi korban pengeroyokan oleh 12 siswa SMA. Kejadian yang dialami AY dipicu masalah asmara dan saling melempar komentar di media sosial.
Dilansir sejumlah media, pengeroyokan terhadap AY terjadi pada Jumat, 29 Maret 2019. Namun orang tuanya baru melaporkan ke Polsek Pontianak Selatan satu pekan kemudian atau pada Jumat, 5 April 2019. Banyak pihak yang ikut ambil bagian membela AY seperti yang diberitakan dalam tulisan ini, terlebih kekerasan fisik dan psikis yang diterimanya membuatnya menanggung trauma hebat. Sampai saat ini AY pun belum dapat dimintai keterangan lantaran masih dirawat di rumah sakit.
Berkaca dari kasus di atas, faktanya bullying masih menjadi ‘budaya tak kasat mata’ di lingkungan anak dan remaja ya Bun. Sebanyak apapun kampanye dan upaya memberantas bullying, yang terjadi justru selalu ada korban baru dan tindakan bullying yang kian parah. Untuk kasus AY, para pelaku bahkan masih dibawah umur. Sebuah ironi dan tamparan keras bagi para orangtua. Sebab yang jadi pertanyaan, seperti apakah didikan yang mereka terima di rumah sehingga bisa setega itu melakukan bullying?
Orangtua yang bijak adalah mereka yang mampu melihat seorang anak bak tanah liat yang butuh dibentuk. Ya, anak-anak tak lahir serta mampu mengendalikan diri dan emosi. Bun, menghentikan generasi ‘tukang bully’ sejatinya berasal dari rumah. Dari pola asuh orangtua. Pembentukan karakter paling dasar pada anak adalah tanggungjawab orangtua, bukan? Sebab pada hakekatnya setiap manusia lahir dengan beragam emosi, maka tugas orangtua adalah mengarahkan mereka agar bisa mengatur emosi dan kontrol diri agar tak merugikan lingkungannya terutama teman-temannya.
Yang paling penting, anak-anak adalah peniru ulung. Mereka suka menirukan hal-hal termasuk karakter dan perilaku orang dewasa yang mereka anggap role model. Karenanya, guna membentuk karakter anak supaya tak jadi ‘tukang bully’, berikut tips parenting yang dapat Bunda aplikasikan:
Latihlah Si Kecil untuk Tenang dan Mampu Mengontrol Emosinya
Cara melatih kesabaran anak kuncinya adalah berikan kepercayaan kepada mereka ya Bun. Yakinlah bahwa anak bisa bertanggung jawab. Hal ini juga perlu latihan. Bisa dimulai dengan cara-cara sederhana. Misalnya, saat anak mengambil buku di lemari dan menaruhnya sembarangan, minta anak untuk mengembalikan buku ke lemari. Minta anak melakukan apa yang Anda mau dengan sabar dan jangan lupa kontak mata.
Sebagai orangtua, berikan contoh sesering mungkin pada anak. Misal, saat anak menjatuhkan makanannya ke lantai sebagai bentuk protes. Tunjukkan kepada anak untuk mengembalikan makanan yang berceceran di lantai ke atas meja. Tunjukkan caranya dan biarkan anak melanjutkan prosesnya. Mengajarkan disiplin bisa membangun pemahaman bahwa segala sesuatu itu butuh proses. Kalau mau mejanya rapi kembali, ia harus sabar ketika berusaha memunguti makanan yang dijatuhkan.
Lebih Dulu Ajari Si Kecil untuk Menyayangi Dirinya
Bun, manfaatkan waktu yang Bunda miliki bersama si kecil tak hanya untuk bermain. Melainkan juga untuk mengajarkannya rasa sayang pada dirinya sendiri. Maka hal pertama yang perlu Bunda lakukan adalah menyayangi diri Bunda sendiri dan tunjukkan hal itu pada si kecil. Setelahnya, jadilah role model yang baik dalam hal menebarkan kebaikan ya Bun. Ciptakan interaksi yang sehat dan penuh kasih saat Bunda bersama si kecil.
Mulailah Melatih Empati si Kecil dengan Mengajaknya untuk Selalu Melakukan Hal-hal Baik
Saat si kecil mulai mengerti tentang konsep dan makna kasih sayang, maka ajarkan untuk melatih empatinya ya Bun. Ajarkan untuk meminjamkan mainan, memberi makanan, atau menolong teman-temannya yang butuh bantuan.
Hal-hal sederhana ini akan membentuk nilai positif tersendiri untuknya. Bunda tak perlu menyiapkan hadiah karena mereka mau melakukan hal-hal itu. Biarkan motivasi untuk berbuat tulus benar-benar lahir dari hatinya ya Bun.
Pastikan Si Kecil Merasa Aman dan Nyaman dengan Situasi Rumah dan Keluarganya
Bun, menciptakan suasana rumah yang tenang dan nyaman ternyata membawa dampak positif untuk si kecil. Ciptakan suasana yang kondusif, terutama di ruang keluarga ya Bun. Kehangatan yang ada di rumah akan membuatnya merasa tetap nyaman dan aman. Yang penting, Bunda dan ayah selalu memberikan waktu untuk dihabiskan bersama buah hati.
Semakin si kecil merasa nyaman, maka semakin mudah mengajarinya pengendalian diri saat menghadapi konflik. Selain itu, jangan sungkan untuk mengajaknya duduk bersama sembari membaca buku ya Bun. Sebab penelitian menunjukkan, membaca buku cerita akan membantu si kecil mengerti bahwa manusia memiliki empati.
Ajarkan Pula Tentang Ketegasan
Di lain sisi, Bunda pun perlu mengajarkan si kecil mengenai batasan, namun tunjukkan pula cinta Bunda saat melatih mental anak. Anak butuh cinta dan juga butuh ketegasan. Kalau anak hanya mendapatkan cinta tanpa belajar adanya batasan dari perilakunya, anak akan menjadi bos kecil yang kurang peka.
Dengan menanggapi perilaku anak secara tenang namun tegas, Bunda sedang mengajarkan anak bahwa ia bukan satu-satunya pusat perhatian. Dengan begitu si kecil akan paham bahwa ada hal lain di luar dirinya yang juga harus diperhatikan dengan baik. Anak pun terlatih untuk tidak memaksakan keinginannya, belajar menunggu saat meminta sesuatu kepada orang dewasa atau pihak ketiga yang ada di sekitarnya.
