Parenting

14 Ciri-ciri Orangtua yang Kelak Anaknya Jadi Orang Sukses, Apakah Bunda Termasuk?

Sebagai orang tua tentunya kita ingin anak-anak sukses dan bahagia dengan kehidupannya. Tapi apa rahasianya ya? Orangtua sering meminta saran dari berbagai sumber dalam membesarkan anaknya. Entah itu dari anggota keluarga, teman, ahli, buku, atau banyak lagi.

Orang tua yang mampu mendidik anak-anaknya dengan baik, akan menghasilkan individu yang baik ketika dewasa.

Tina B. Tessina, Ph.D., seorang psikoterapis dan penulis ‘How to Be a Couple and Still Be Free’ memiliki beberapa ide. Ia sadar, memang tak ada satu ukuran yang cocok untuk semua pertanyaan. 

Tapi, pasti ada ciri-ciri yang dimiliki orang tua agar anak-anak sukses.

1. Menjadi Orangtua yang Terus Belajar dan Mau Memahami Anak 

Kita tahu membesarkan anak-anak yang sukses adalah pekerjaan orangtua, dan karena itulah kita harus serius. Untuk menjadi orangtua. Artinya apa? Kita nggak membesarkan anak sambil main-main alias tanpa belajar dan tanpa mau memahami anak.

“Pekerjaan orang tua adalah membesarkan orang dewasa yang sukses,” kata Tina.

Tina menambahkan di setiap tahap, dan terutama tahun-tahun sekolah menengah, orangtua perlu mengingat anak-anak mereka perlu belajar mandiri, bertanggung jawab, memotivasi diri, dan pandai dalam berhubungan dengan orang lain.

2. Memberikan Contoh yang Baik pada Anaknya, Hasil Akhir Bukan yang Utama, Tapi Prosesnya.

Kita mungkin selalu bilang pada anak-anak untuk makan buah dan sayur. Kita juga minta anak-anak untuk jangan terlalu banyak menonton televisi dan main handphone. 

Namun apakah ini hanya sekadar perintah dari kita? Kalau iya, percayalah, Bun, ini nggak akan berhasil.

Children see, children do. Karena itu kita sebagai orang tua harus memberi contoh yang baik pada anak-anak. Kalau kita ingin anak tumbuh jadi orang baik dan sukses, maka kita juga harus memberikan contohnya. 

Yang lebih penting lagi adalah memberi contoh dan pemahaman bahwa hasil akhir bukan yang utama, tapi prosesnya. “Ini tidak hanya berarti Anda perlu memiliki definisi kesuksesan, tetapi juga pemahaman tentang bagaimana mencapainya,” imbuh Tina. 

3. Karena Salah adalah Sesuatu yang Wajar, Orangtua Juga Perlu Tidak Takut Membuat Kesalahan

Manusia pasti pernah berbuat kesalahan. Nah, orangtua juga dalam mengasuh anak-anaknya pasti pernah melakukan kesalahan. Tapi salah satu ciri orangtua yang kelak anaknya sukses adalah tidak takut membuat kesalahan.

Ketika kita melakukan kesalahan dan anak melihatnya, lalu kemudian memperbaikinya bisa menjadi pelajaran hidup yang baik untuk anak-anak.

4. Orangtua dari Anak-anak yang Sukses Tahu Cara Mendelegasikan Tanggung Jawab Pada Anak-anaknya 

Pada setiap tahap perkembangannya, cobalah menyerahkan tanggung jawab yang sedikit lebih banyak kepada anak-anak. Karena tanggung jawab merupakan bagian penting dari kehidupan. Karena itulah orangtua dari anak-anak yang sukses tahu cara mendelegasikan tanggung jawab pada anak-anaknya.

“Beri tugas untuk anak-anak Anda seperti minta mereka membantu Anda menyelesaikan berbagai hal di sekitar rumah atau membantu Anda dengan tugas yang sesuai. Bahkan jika bantuan itu membuat kekacauan,” sambung Tina.

Tina menambahkan dengan memberikan tanggung jawab membuat anak-anak belajar bagaimana melakukan sesuatu dan memahami apa yang perlu dilakukan. “Plus, pastikan mereka tahu Anda menghargai bantuan mereka,” ucapnya. 

5. Memberi Contoh Bagaimana Pentingnya Memiliki Komitmen

Karena bermanfaat terhadap pembentukan karakter anak di masa depan. Komitmen dalam kehidupan sehari-hari dapat membantu anak mencapai goal dan cita-citanya, sehingga menunjang kesuksesan dalam berkarir dan juga berumah tangga.

Nah, jika komitmen baru diajarkan ketika anak usia remaja, maka anak membutuhkan usaha yang lebih besar untuk mengubah kebiasaan yang sudah ia miliki,

6. Mengajarkan Cara Menghargai Uang, Anak Bisa Belajar untuk Bekerja dan Menghargai Uang.

Sebagian orangtua menganggap bahwa konsep keuangan lebih baik diajarkan setelah anak sudah mulai dewasa. Sungguh disayangkan, padahal mempersiapkan anak sejak dini untuk melek keuangan adalah hal yang menguntungkan dan juga sangat memungkinkan untuk dilakukan. 

Tina menuturkan mendidik anak-anak tentang uang juga sangat penting. “Beberapa orang tua dari anak-anak yang sukses berasal dari keluarga yang sederhana sampai yang miskin. Mereka tahu bagaimana rasanya tidak bisa melakukannya atau menginginkan sesuatu yang tidak dapat dibeli,” paparnya.

Hal-hal yang seperti ini membuat anak-anak jadi belajar untuk bekerja dan menghargai uang. 

7. Mengajarkan Anak Bagaimana Cara Menghadapi Kekecewaan

Hidup itu penuh dengan pasang surut, dan orangtua yang membesarkan anak-anak yang tangguh menunjukkan kepada anak-anaknya semua sisi kehidupan. Iya, Bun, termasuk dalam menghadapi kekecewaan dan bangkit kembali sesudahnya.

“Satu-satunya cara mutlak untuk membangun kekuatan dalam menangani kekecewaan dan menghadapi penolakan adalah dengan mengalaminya, melaluinya, dan melihat bahwa kita bisa, menang, merasakan sisi lain, dan bertahan dari rasa sakit,” jelas Tina. 

Setiap kali kita mencoba bertahan dan bangkit dari keterpurukan, toleransi kita menguat. Nah, kita akan memiliki kapasitas yang lebih kuat dalam menghadapi kekecewaan yang tak terelakkan dalam hidup. Ketika anak melihat kita begitu berusaha bangkit dari keterpurukan, anak akan melihat dan kelak akan mencontohnya.

8. Tahu Bagaimana Bersenang-senang

Menjadi orangtua harus serius dalam menetapkan batasan dan aturan, termasuk juga tahu bagaimana bisa bersenang-senang dengan anak-anak kita. Karena itu, Bun, penting untuk mengajari anak-anak tentang keseimbangan antara kerja dan bermain.

“Bermain dengan anak-anak sama pentingnya dengan mengajarkan mereka berbagai hal, dan hal itu mengajarkan mereka mengenai berbagai hal yang baik,” terang Tina. Batasan di sini juga dapat berupa peraturan maupun proteksi fisik terhadap anak.

9. Memberi Banyak Cinta, Dukungan, dan Dorongan

Kunci lain dalam membesarkan anak-anak yang berhasil adalah memberi mereka banyak cinta, dukungan, dan dorongan, Bun. “Jauh lebih efektif untuk fokus pada apa yang baik daripada apa yang menjadi masalah,” kata Tina.

Anak-anak akan merasa diapresiasi dan berharga saat kita turut merayakan prestasinya. Nah, hal ini bisa membantu anak-anak dalam berjuang. “Dan pastikan mereka tahu Anda berpikir mereka dapat melakukannya dan Anda percaya pada mereka,” pesan Tina. 

10. Kedua Orangtua yang Saling Mencintai

Menurut Robert Hughes, Jr., Ph.D., profesor perkembangan manusia dan studi keluarga di University of Illinois, AS, anak-anak yang hidup bersama keluarga tunggal yang tidak berkonflik akan lebih baik daripada anak-anak yang hidup di dalam keluarga berkonflik atau kedua orang tua yang saling bertentangan. 

Konflik orang tua akan memengaruhi anak-anak secara negatif. Mereka dilaporkan memiliki konflik yang lebih tinggi saat dewasa kelak.

Sebaliknya, orang tua yang saling mencintai dapat menumbuhkan anak-anak yang merasa aman. Oleh karenanya, mereka akan menumbuhkan rasa percaya diri dengan baik dan menjadi sukses.

11. Jadi Orangtua yang Selalu “Hadir” dalam Situasi Apapun

Banyak orangtua yang menuntut anaknya menjadi seseorang yang berkepribadian tangguh dan menjadi sukses namun lupa untuk hadir seutuhnya di sisi anak. Kehadiran orang tua adalah hal yang paling dibutuhkan oleh anak-anak.

Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Child Development menunjukkan bahwa anak-anak yang menerima pengasuhan yang sensitif dari orang tuanya dalam 3 tahun pertama tidak hanya dapat melakukan tes akademik yang lebih baik di masa kanak-kanak, tetapi memiliki hubungan yang lebih sehat dan pencapaian akademis yang lebih besar di usia 30-an. Orangtua yang sensitif terhadap kebutuhan anak, akan dengan cepat dan tepat memberikan dasar yang aman bagi anak untuk belajar menjelajahi dunia.

12. Orangtua yang Memiliki Harapan Tinggi

Harapan akan menjadi kenyataan. Tidak perlu ragu dengan petuah lama ini. Sebab, menurut Neal Halfon, M.D., profesor pediatri dan direktur UCLA Center for Healthier, Children, Families, and Communities, University of California, AS, mengatakan bahwa harapan yang dipegang oleh orangtua anak-anak mereka memiliki pengaruh besar pada pencapaian kesuksesannya.

Ia mencontohkan, “Orang tua yang melihat anak mereka akan kuliah di masa depan, akan mengelola anak mereka ke arah tujuan tersebut terlepas dari pendapatan mereka dan aset lainnya.” Artinya, dengan tingginya harapan tersebut orang tua akan semakin besar mengupayakannya.

13. Sosok Orangtua yang Memiliki Tingkat Stres Rendah

Melansir dari Washington Post, jumlah jam yang dihabiskan ibu dengan anak-anak dapat memprediksi perilaku, kesejahteraan, atau prestasi anak kelak. Akan tetapi, yang perlu diperhatikan adalah bahwa semakin lama waktu yang dihabiskan bersama, tidak selalu berarti baik. Stres yang dialami ibu sebenarnya dapat memengaruhi anak-anak secara negatif. 

Emosi negatif orangtua dapat menular. Bila orangtua stres atau kelelahan, emosi tersebut akan ditransfer ke anak-anak. Anak-anak yang tidak bahagia akan cenderung kesulitan mencapai kesuksesan.

14. Orang Tua yang Menghargai Usaha, Sekecil Apapun yang Dilakukan Anak 

Menghargai apa yang telah diusahakan seorang anak akan jauh lebih baik ketimbang hanya melihat hasil dari usahanya. Narendra Goidani, pakar pengasuhan dan penulis buku Essential of Parenting menyebutkan bahwa anak-anak yang tumbuh dari keluarga yang selalu menghargai usahanya akan menjadi lebih berempati dan sukses di kemudian hari.

 Menurutnya, dengan selalu menghargai usaha anak-anak, orang tua dapat memberi dorongan berharga bagi anak-anak untuk meningkatkan harga dirinya. Semakin tinggi harga diri yang dimiliki anak-anak, akan semakin baik mereka dalam menyelesaikan masalah, melakukan pekerjaan secara berkelompok, dan berani mengatakan pendapatnya. Ini adalah ciri anak-anak yang berpotensi sukses.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.


Parenting

Tugas dan Tanggung Jawab yang Wajib Dilakukan Sebagai Orangtua

Setiap orang tua mempunyai tugas dan tanggung jawab tersendiri terhadap anak. Mengingat masa depan anak berawal dari tanggung jawab dan tugas yang dilakukan oleh orang tuanya. Dengan kata lain, mempunyai anak yang baik, tentu orang tua wajib memenuhi hak-hak anak. 

Pada umumnya ada lima tugas dan tanggung jawab orang tua terhadap anaknya yang harus dipenuhi. Kewajiban tersebut meliputi mengajarkan nilai-nilai agama, kepribadian dan lainnya. Selengkapnya mengenai apa saja kewajiban dan tugasnya, berikut penjelasan lengkapnya.

Mengajarkan Nilai-nilai Agama Kepada Anak Sedari Dini

Tugas dan kewajiban orang tua yang paling utama dan pertama yaitu mengajarkan nilai-nilai agama. Bahkan, ajaran ini harus diberikan kepada anak sejak dini agar saat menginjak remaja lebih mudah untuk mengarahkannya. 

Sedangkan untuk mengajarkan nilai-nilai agama bisa dilakukan dengan berbagai cara seperti mengajar nya ke tempat ibadah, mengenalkan kitab suci dan mengajarkan doa harian. Saat anak masih kecil dan belum bisa menirukan, tapi dia akan merekamnya.

Membentuk Kepribadian Anak yang Baik

Kewajiban orang tua yang selanjutnya yaitu membentuk kepribadian anak. Mengingat orang tua merupakan pendidikan pertama dan utama bagi seorang anak, Orang tua harus menanamkan kepribadian yang baik kepada anak sejak dini.

Kepribadian baik yang dimaksudkan yaitu nilai-nilai moral. Sedangkan untuk membentuk kepribadian yang seperti ini caranya cukup mudah, orang tuanya perlu memberikan kasih sayang yang penuh dan menciptakan lingkungan keluarga nyaman serta memberikan contoh. 

Menanamkan Nilai-nilai Sosial yang Patut Ditiru Kepada Anak

Menanamkan nilai-nilai sosial sejak dini juga menjadi salah satu tanggung jawab orang tua terhadap anaknya. Nilai-nilai sosial yang harus ditanamkan seperti menjaga kebersihan lingkungan, gotong royong, menjaga kedamaian, saling menghormati dan tolong menolong.

Jika sejak dini sudah diajarkan beberapa nilai sosial tersebut, anak akan tumbuh menjadi seseorang yang lebih peduli terhadap sesama terutama keluarganya. Tentu saja nilai-nilai sosial ini akan tetap dibawa hingga dewasa. 

Mengajarkan Anak Tentang Apa itu Tanggung Jawab

Tugas dan tanggung jawab orang tua terhadap anak yang selanjutnya yaitu mengajarkan tanggung jawab. Setidaknya jika harus seperti ini sudah diajarkan sejak dini, kedepannya saat sudah dewasa anak akan lebih bertanggung jawab terhadap apa yang sudah dilakukannya.

Cara yang seperti ini bisa dilakukan dengan membuat batasan-batasan. Jadi, nantinya jika Anang melanggar batasan-batasan tersebut bisa diberikan hukuman atau penjelasan mengenai konsekuensi. Bahkan, Tidak ada salahnya juga untuk melibatkan anak dalam membuat Hukuman dan peraturan.

Mengajarkan Kemandirian

Tidak selamanya anak dapat bergantung dengan orang tuanya. Kenapa sejak dini penting untuk mengajarkan kemandirian terhadap anak. Lebih tepatnya kemandirian ini sudah bisa diajarkan saat anak mulai berusia 2 atau 5 tahun. 

Salah satu cara yang bisa diterapkan untuk mengajarkan kemandirian kepada anak yaitu mengajarkan keterampilan yang memang sesuai dengan usianya. Selain itu, ada juga untuk mengajarkan kepada anak jika mengendalikan emosi sangatlah penting. 

Membantu Anak Mengembangkan Bakatnya

Orang tua juga mempunyai tanggung jawab dan tugas untuk membantu anak dalam mengembangkan bakatnya. Dengan kata lain jika anak bisa mengembangkan bakatnya tentu dapat lebih mandiri ke depannya dan lebih bertanggung jawab.

Apalagi di usia tersebut anak belum memahami apa yang disukainya, sebagai orang tua bisa melihat dari apa yang paling sering dilakukannya. Jika melihat hal yang seperti itu, segera lakukan berbagai upaya untuk mengembangkan bakat tersebut dengan menyediakan berbagai media pendukung.

Dampak Negatif Orang Tua Tidak Melakukan Tugas dan Tanggung Jawabnya

Mengetahui apa saja tanggung jawab dan tugas orang tua terhadap anaknya, tentu kurang lengkap jika tidak mengetahui dampak negatif jika tidak melakukan tanggung jawab tersebut. Berikut ini beberapa dampak negatifnya yang bisa didapatkan.

Anak Akan Jadi Tidak Percaya Diri

Salah satu dampak negatif jika orang tua tidak melakukan tugas dan tanggung jawabnya terhadap anak yaitu kurang percaya diri, sehingga bisa menghambat keberhasilan. Anak yang seperti ini cenderung minder jika bergaul dengan orang yang ada di luar rumah. 

Lebih tepatnya orang yang seperti ini akan mengurangi interaksi dengan orang lain. Padahal yang namanya kehidupan bersosial menjalin interaksi dengan masyarakat sangat diperlukan, lagi menjelang dewasa hal tersebut sangat butuh..

Hubungan Anak dengan Orang Tua Tidak Terjalin

Dampak negatif lain yang didapatkan jika orang tua tidak melakukan tanggung jawabnya yaitu hubungan antara keduanya tidak terjalin dengan baik. Padahal sebenarnya orang tua menjadi tempat yang paling dibutuhkan anak untuk menceritakan pulang.

Jika hubungan antara keduanya tidak baik, maka tidak akan terjadi keterbukaan dan bisa menyebabkan emosional tidak dapat terkontrol. Ditambah lagi dengan perhatian orang tua yang tidak pernah diluangkan untuk anaknya, seperti ini akan lebih parah. 

Anak Bisa Mengalami Gangguan Perilaku

Tugas dan tanggung jawab orang tua terhadap anak memang cukup banyak, bukan berarti tidak bisa dilakukan. Jika saja orang tua menyepelekan tugas dan tanggung jawabnya, Salah satu dampak negatifnya yaitu anak mempunyai kekuatan berlaku.

Saya saja suka membuat onar untuk menarik perhatian banyak orang, bullying terhadap temannya dan suka mencuri. Tanpa disadari sebenarnya anak melakukan hal-hal yang seperti itu agar orang tuanya lebih perhatian.

Itulah penjelasan mengenai beberapa tanggung jawab dan tugas orang tua terhadap anaknya yang wajib untuk dilakukan. Tentu jika tanggung jawab tersebut terpenuhi, berpengaruh penting terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak di masa depan dan bisa dikatakan sebagai modalnya.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.


Parenting

9 Peran Orang Tua Menangani Anak Usia Dini yang Wajib Diketahui

Anak usia dini yang membutuhkan perhatian khusus dari orang tuanya. Karena di usia tersebut anak sudah mulai berinteraksi dengan lingkungan sekitar, sehingga mudah terpengaruh. Di sinilah peran orang tua diperlukan untuk menangani anak usia dini. Karena apa yang dilakukan oleh orangtua pada proses tumbuh kembang anak selama usia dini, akan berpengaruh pada kemampuannya kelak.

Untuk itu, pada usia ini orang tua mempunyai kewajiban untuk memberikan pendampingan maksimal kepada anak. Selengkapnya berikut ini peran-peran yang harus diterapkan. 

1. Menjadi Pengamat Anak

Salah satu peran orang tua dalam menangani anak usia dini yaitu menjadi pengamat. Peranan ini sangatlah diperlukan karena di usia tersebut, anak cenderung untuk melakukan apapun sesuai dengan keinginannya.

Tentu jika tidak dilakukan pengamatan, anak bisa keluar dari batas wajarnya. Apalagi di usia tersebut anak mudah terpengaruh dengan orang lain, tentu akan sangat beresiko. Di sisi lain, orang tua juga harus bisa memahami bagaimana permasalahan dan tanda-tanda yang terjadi pada anaknya. 

2. Jadi Pembimbing untuk Anak

Peran orang tua sebagai pembimbing memang sudah menjadi hal yang tidak asing lagi. Apalagi saat anak di usia tersebut mulai menghadapi berbagai masalah saat berinteraksi dengan teman di sekolahan atau lingkungan sekitarnya. 

Tentunya dalam menyikapi hal yang seperti ini, Orang tua harus mempunyai cara tersendiri. Misalnya saja dengan berusaha untuk menggali perasaan anak terkait masalahnya dan memahami masalah. Selebihnya orang tua hanya perlu memberikan arahan dan pengertian mengenai masalah tersebut.

3. Penghubung Anak

Menjadi penghubung anak dari berbagai permasalahan yang dialaminya juga menjadi peran orang tua. Tentunya dalam hal ini orang tua harus berusaha memahami bagaimana permasalahan yang berasal dari sumber lain. Hal ini dilakukan agar bisa mendapatkan informasi lebih jelas.

Informasi yang didapatkan bisa berasal dari berbagai sumber seperti teman, guru dan lainnya. Hal ini dilakukan agar orang tua tidak terfokus membela anak sebelum mengetahui kebenarannya. Sekalipun anak yang melakukan salah, Orang tua harus mengingatkan dan memberikan pengertian.

4. Membantu Anak Memecahkan Masalah dan Mengajarinya

Anak usia dini masih termasuk labil, sehingga belum terlalu bisa mengontrol emosionalnya. Begitu juga saat terjadi semua masalah sederhana dengan temannya, biasanya saya anak usia dini akan langsung melampiaskan emosionalnya tanpa berpikir terlebih dahulu.

Tentu sebagai orang tua dalam hal ini penting untuk memecahkan masalah tersebut dengan menerapkan beberapa hal. Seperti halnya mendampingi anak, mengarahkannya agar tidak melakukan hal yang buruk dan menjelaskan konsekuensi negatif dan positif terhadap apa yang dilakukan. 

5. Memberikan Dasar Pendidikan Bagi Anak

Peran orang tua menangani anak usia dini yang selanjutnya yaitu memberikan dasar pendidikan. Tentunya jika dasar pendidikan sudah diberikan sejak dini, maka akan semakin mudah anak mandarin ayah begitu juga dalam menerapkannya di kehidupan sehari-hari.

Dasar pendidikan yang wajib diberikan sejak kapan hari ini seperti budi pekerti, pendidikan agama, sopan santun, kasih sayang, mematuhi, estetika, rasa aman dan lain sebagainya. Selain itu, orang tua juga wajib untuk memberikan pola asuh yang tepat agar pertumbuhan anak lebih maksimal. 

6. Tidak Melakukan Hal Buruk di Depan Anak

Tidak melakukan hal buruk di depan anak juga menjadi salah satu peran orang tua yang wajib untuk dilakukan dalam menangani anak usia dini. Mengingat anak diusia tersebut merupakan sebaik-baiknya peniru, sehingga apapun yang dilakukan oleh orang tuanya akan langsung ditiru.

Maka dari dari itu, penting sekali untuk berhati-hati dalam berbuat apapun. Justru akan lebih baik lagi jika orang tua memberikan contoh yang baik di depan orang agar ditiru. Misalnya saja cara berinteraksi dengan orang yang lebih tua, melakukan tanggung jawab dan lainnya.

7. Menjadi Pendengar yang Baik

Salah satu cara yang bisa kita lakukan untuk menangani anak usia dini sebagai salah satu peran orang tua yaitu menjadi pendengar. Mengingat orang tua merupakan tempat pulang, sehingga harus bisa memberikan kenyamanan kepada anak dalam berbagai hal terutama bercerita.

Jangan terburu-buru memberikan respon, tapi biarkan anak bercerita hingga selesai. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar anak merasa dihargai dan perasaan didengarkan. Tidak ada salahnya juga dalam hal ini memberikan pujian, pelukan dan kasih sayang kepada anak. 

8. Bertanggung Jawab Memberi Kenyamanan untuk Anak

Upaya lain yang harus dilakukan orang tua dalam mewujudkan perannya yaitu memberikan kenyamanan. Kenyamanan yang diciptakan ini sangat diperlukan agar nantinya anak menjadikan orang tua sebagai sahabat terbaiknya dalam berbagai hal.

Bahkan, kenyamanan ini juga memberikan kesempatan kepada anak untuk tidak canggung bercerita kepada orang tuanya. Tentu dengan kondisi yang seperti itu, orang tua akan lebih mudah untuk memahami bagaimana karakter anak dan cara mengarahkannya. 

9. Meluangkan Waktu yang Cukup untuk Anak

Cara menangani anak usia dini yang selanjutnya yaitu meluangkan waktu. Entah itu belum kan waktu untuk menemani anak belajar atau sekedar bermain. Tentu jika orang tua bisa dijadikan sebagai teman, anak tidak akan merasa canggung dan tentunya nyaman.

Begitu juga sebaliknya, jika orang tua memberikan perhatian penuh terhadap anak, maka respon anak pada setiap arahan dan bimbingan orang tua menjadi lebih baik. Contohnya ajari anak bagaimana cara bersosialisasi yang baik, beretika dan lain sebagainya. 

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.


Parenting

Maksimalkan Perkembangan Kognitif Anak Sebelum Ia Berusia 5 Tahun

Mempunyai anak yang dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal merupakan impian setiap orang tua. Inilah kenapa diperlukan upaya memaksimalkan tahapan perkembangan kognitif anak usia 0-5 tahun. Jadi, disini peran orang tua sangatlah penting dalam perkembangan kognitif anak.

Pahami Dulu Apa Itu Pengertian Kemampuan Kognitif Anak

Sebelum membahas mengenai cara yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan perkembangan kognitif anak, penting untuk mengetahui pengertiannya. Secara umum, kemampuan kognitif merupakan proses di mana anak dapat menerima pengetahuan dan informasi. 

Selain itu, kemampuan kognitif juga bisa diartikan sebagai keterampilan otak anak yang sangat diperlukan kan dalam menyelesaikan tugas sederhana sampai yang kompleks. Meskipun begitu, bukan berarti kemampuan tersebut dapat berkembang tanpa adanya upaya manusia. 

Inilah Kenapa sebagai orang tua penting untuk mengetahui kemampuan tersebut. Apalagi jika dibandingkan kemampuan yang dimiliki anak-anak dan orang dewasa sangatlah berbeda. Dengan kata lain, di sini orang tua harus memberikan dukungan atau stimulasi perkembangan kognitif. 

Cara Memaksimalkan Perkembangan Kognitif Anak 0-5 Tahun

Anak di usia 0-5 tahun mempunyai perkembangan kognitif yang berbeda. Contoh cara untuk memaksimalkan perkembangan tersebut di setiap tahunnya juga berbeda. Selengkapnya berikut ini penjelasan mengenai cara-caranya di setiap usia anak. 

1. Memaksimalkan Perkembangan Kognitif Usia 0-6 Bulan

Anak di usia 0-6 bulan sudah mulai menunjukkan kemampuannya dalam menunjukkan reaksi terhadap suara. Bahkan, di usia ini anak juga sudah mulai bisa mendekati sumber suara tersebut. Sedangkan untuk memaksimalkan perkembangan kognitifnya, terapkan beberapa cara ini.

  • Mengajak anak untuk berbicara agar dapat memastikan Apakah sudah bisa merespon dengan melihat wajah Anda.
  • Sering-seringlah membacakan buku kepada anak dan menunjuk gambarnya. 
  • Melakukan berbagai aktivitas yang tidak akan membuat bayi bosan dan rewel.
  • Berikan mainan dengan jarak jauh dan masih terlihat anak. 

2. Memaksimalkan Perkembangan Kognitif Usia 6-9 Bulan

Tahapan perkembangan kognitif anak usia 0-5 tahun, terutama di usia 5-9 bulan sudah mulai mempunyai kemampuan seperti menggenggam benda. Bahkan, di usia ini anak juga sudah bisa memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lainnya. Tentu untuk memaksimalkan perkembangan kognitif ini, terapkan beberapa cara berikut.

  • Saat anak mempunyai kemampuan atau keterampilan baru, berikan pujian.
  • Berikan mainan di sekeliling anak.
  • Membacakan buku kepada anak saat menjelang tidur atau waktu lainnya.
  • Memberikan permainan yang bisa meningkatkan kemampuan berpikir seperti memasukkan benda ke dalam lubang.
  • Mengajak anak untuk bernyanyi dan mendengarkan musik.

3. Memaksimalkan Perkembangan Kognitif Anak Usia 9-12 bulan

Anak di usia ini sudah bisa sudah mempunyai kemampuan membedakan benda sesuai dengan fungsinya. Misalnya saja cangkir untuk minum, sendok untuk makan dan lain sebagainya. Sedangkan untuk memaksimalkan perkembangan ini, orang tua wajib melakukan beberapa cara berikut. 

  • Memberikan anak berbagai mainan maupun benda.
  • Mengajak anak untuk bermain petak umpet dan bertepuk tangan.
  • Mengajak anak bermain mencari barang-barang yang hilang.
  • Mengajarkan pengetahuan baru mengenai sebab akibat. 

4. Memaksimalkan Perkembangan Kognitif Usia 1-2 tahun

Saat anak sudah berusia satu atau dua tahun, pengetahuannya mulai bertambah. Misalnya saja sudah memahami anggota tubuhnya. Bahkan, sudah paham mengenai benda-benda yang ada di sekitarnya. Sedangkan cara memaksimalkan perkembangan kognitif tersebut, berikut cara-caranya.

  • Mengajak anak untuk mewarnai gambar dengan bentuk tertentu.
  • Mengajak anak untuk mencari mainan yang disembunyikan. 
  • Sering-seringlah memberikan arahan kepada anak seperti ambil mainan itu.
  • Bisa juga memberikan arahan untuk memasukkan mainan ke dalam keranjang.

5. Memaksimalkan Perkembangan Kognitif Usia 3-4 Tahun

Saat anak sudah menginjak usia 3 sampai 4 tahun, biasanya sudah mulai bisa bermain dengan temannya. Namun, di usia ini belum bisa untuk berbagai mainan atau sejenisnya. Tentunya untuk memaksimalkan perkembangan tersebut, terapkan beberapa cara berikut ini.

  • Mengajak anak melakukan sesuatu atau bermain peran.
  • Mengajak anak bermain menjadi pemimpin.
  • Mengajarkan anak mengenai lagu-lagu.
  • Mengajak anak untuk membantu aktivitas orang tua seperti memasukkan mainan ke dalam keranjang.
  • Mulai ajarkan mengenal angka-angka dan berhitung. 

6. Memaksimalkan Perkembangan Kognitif Anak Usia 4-5 tahun

Saat anak di usia 4 sampai 5 tahun sudah mulai bisa memahami konsep waktu seperti pagi, nanti, kemarin dan lainnya. Tentu di tahapan usia ini anak sudah mulai mengalami perkembangan dalam kemampuannya. Sedangkan untuk memaksimalkannya, Orang tua harus menerapkan beberapa cara berikut ini.

  • Memancing agar anak dapat menceritakan aktivitasnya.
  • Biasakan anak untuk bisa mengambil keputusan dengan cara memberikan pilihan.
  • Membantu anak dalam meningkatkan kemampuannya dalam berbahasa dan mengenalkan kata-kata yang akan sering digunakan. 
  • Membantu anak agar bisa menggunakan frasa dan kata yang tepat.
  • Ajak anak untuk menggambar semua anggota keluarga. 

Pentingnya Peran Orang Tua dalam Perkembangan Kognitif Anak

Dari penjelasan sebelumnya bisa diambil garis besar jika peran orang tua dalam perkembangan kognitif anak sangatlah penting. Dengan kata lain, tanpa bantuan dari orang tuanya terutama ibu, perkembangan kognitif anak tidak akan berkembang optimal.

Di sini, orang tua berperan sebagai pembimbing dan mengarahkan anak agar melakukan sesuatu yang nantinya bisa menjadi kebiasaan. Misalnya saja memimpin anak untuk bisa dispilin, mandiri dan membuat keputusan sendiri.

Tentunya untuk meningkatkan perkembangan kognitif anak bisa dilakukan sesuai dengan tahapan usianya. Mengingat setiap usia anak, mempunyai kemampuan tersendiri dan tentunya tidak dapat dipaksakan sama dengan usia yang selanjutnya. 

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Most Share

To Top